Tuban – Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Sarang mengadakan Pesantren Preneur yang dilaksanakan pada 24-26 Desember 2019 di Tugu Asri. Acara tersebut dibuka langsung oleh Wagub Jawa Tengah, Gus Yasin. Kegiatan ini pula dihadiri Sekretaris Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Amar Ahmad, perwakilan BI purjoko dan sohibul bait bapak kyai sa’id abdurrahim, Direktur Koperasi Basmalah Sidogiri Luthfillah Habibi dan peserta dari pesantren se-karesidenan Pati.
Dalam rangka mengurangi angka kemiskinan di Indonesia, Propinsi Jawa Tengah dan jawa Timur ditunjuk Presiden Jokowi untuk menumbuhkan ekonomi di Indonesia.
“Saat ini provinsi jawa tengah Bersama jawa timur ditunjuk presiden republik Indonesia untuk lima tahun ke depan harus bisa menumbuhkan ekonomi 7%. Sehingga tantangan ini berat karena kita tahu pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional saja baru 5,6% atau 5,sekian persen,” ujar gus yasin.
Beliau menambahkan berdasarkan Data yang diterima jumlah pesantren di Indonesia mencapai 25.958 dengan 4759 pondok pesantren di jawa tengah. “Jumlah santri di Indonesia tercatat 3,9 juta dan di jawa tengah terdapat 16.569,” terang Gubernur Jateng. “Alumninya kalau itu kita gerakkan, ini sudah menjadi role atau model basis pasar,” lanjut beliau.
“Kalau ini dikelola dengan manajemen yang baik, dengan sentuhan kyaine dawuh, maka akan mendorong toko-toko yang ada di pesantren itu juga perputaran ekonominya akan sangat baik.”
“Salah seorang ilmuwan mengatakan bahwa kewirausahaan itu sebagai orang yang mampu mengatur sebenarnya, mengendalikan. Kalau di pondok pesantren (mengatur, mengendalikan itu) wes biasa (sudah biasa),” tutur beliau
Untuk menunjang suksesnya program tersebut, pemprov jateng juga mengadakan pelatihan ke berbagai Lembaga di jawa tengah melalui program ekotren. Sebagai langkah awal, Pemprov bekerja sama dengan src (sampoerna retail community).
Selain itu, pemprov juga mengadakan program jemput bola. Tujuannya adalah untuk mengenalkan produk suatu pesantren yang perlu diketahui oleh khalayak umum.
“juga kami ‘jemput bola’. Kalau ada pondok pesantren yang memiliki produk, dan produk itu perlu diketahui bapak ibu, (harus didaftarkan dan mendapat ijin beredar). Di Indonesia ini tidak enak. Tidak bias kita jual begitu saja. Produk-produk harus memiliki pirt bpom. Kalua tidak memiliki ini semua, ketika barangnya beredar di pasar, (kemudian) ketika ada satgas pangan, ini akan menjadi masalah. Akan ditutup dan didenda. Ketika kami tahu permasalahan ini, maka kita jemput bola. Mana saja pondok pesantren yang sudah tercium ada produksinya ada pasarnya dan sudah dijualbelikan, belum memiliki ijin, ini akan kena satgas pangan. Akhirnya saya turun tangan untuk memfasilitasi perijinan.
Di akhir sambutannya, Gus Yasin mengharapkan indonesia menjadi negara yang sukses di berbagai sektor, mulai pertanian, pendidikan, pertahanan dan lainnya.