Beranda > Keilmuan Islam > Pengurus > Nasihat dan Etika Menjelang Ikhtibar (Menghidupkan Nilai Keikhlasan dan Kejujuran)

Nasihat dan Etika Menjelang Ikhtibar (Menghidupkan Nilai Keikhlasan dan Kejujuran)

nasihat

Salah satu kebiasaan positif dari al-Salaf al-Ṣāliḥ yang dilanjutkan oleh Masyayikh di PP. Al Anwar 1 menjelang ikhtibar Muhadarah PP. Al Anwar 1 dan Madrasah Ghazaliyah Stafi’iyyah (MGS) adalah memberikan nasihat (ilqā’ al-mawā’iẓ) kepada para santri. Biasanya, dalam nasihat tersebut, para Masyayikh memberikan arahan (taujihāt), motivasi (targhīb), dan pencerahan (irshadāt) kepada para santri terkait ikhtibar.

Dalam hal ini, beberapa nasihat yang masih melekat dibenak penulis adalah nasihat yang disampaikan oleh Murabby Rūhinā Syaikhūna Muhammad Najih Maimoen. Beliau mengatakan, “Dalam menjalani ikhtibar (ujian), santri harus ikhlas. Ikhtibar jangan hanya diniatkan untuk mencari nilai, tetapi harus diniatkan untuk mencari ridha Allah dan menghidupkan agama-Nya (ihya’ al-dīn)”. Selain itu, beliau seringkali mengingatkan, “ojo sampe ngereppek!” (jangan menyontek!).

Menurut penulis, nasihat Syaikhuna di atas merupakan penerapan dari perkataan Syaikh al-Zarnūjī dalam kitab Ta’līm al-Muta’allim, yang menyatakan bahwa tujuan santri dalam mencari ilmu adalah untuk mencari ridha Allah, kebahagiaan akhirat, menghilangkan kebodohan baik dari diri sendiri ataupun dari orang lain, menghidupkan agama, dan melestarikan Islam.

BACA JUGA :  Setiap Sujud dan Ruku’ Mereka Dijanjikan Pahala yang Tak Terhingga

Dalam dunia santri, cheating (menyontek) dianggap sebagai tindakan yang sangat tercela dan merugikan. Tindakan ini tentu sangat merugikan diri sendiri karena secara tidak langsung menyontek adalah tindakan menipu dan membohongi guru. Selain itu, dalam pandangan Islam dan etika, menyontek adalah perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kejujuran dan integritas yang diajarkan dalam dunia santri.

Di samping itu, cheating juga merupakan bentuk penghianatan terhadap kepercayaan guru. Guru memberikan ujian sebagai cara untuk mengukur sejauh mana santri telah memahami pelajaran. Dengan cheating, santri telah mengkhianati kepercayaan yang diberikan oleh guru. Ketika guru mengetahui bahwa santrinya menyontek, hal ini bisa merusak hubungan baik antara guru dan santri. Guru merasa kecewa dan sakit hati karena usaha mereka dalam mendidik santri tidak dihargai dengan perilaku yang jujur.

BACA JUGA :  Hadir di Al-Anwar 3, Prof. KH. Nadirsyah Hosen, LL.M., M.A., Ph. D: Menjadi Muslim di Australia Harus Punya Ilmu

Maka jauhilah menyontek, dan ingatlah perkataan Syaikh al-Zarnujī berikut ini “Kewajiban santri adalah berusaha menyenangkan hati guru dan menghindari kemurkaannya sejauh mungkin” dan ketahulilah “Retaknya hati guru kepadamu akan mengeruhkan seluruh genangan ilmu di hati dan pikiranmu.”

Terakhir, penulis ingin menyampaikan dua bait syair ini:

بست نلت علما من مُريب ۞ تحمل نصح شيخك ذي الشهاب

ذكا حرص وزاد صِرفِ كسب ۞ زمان طال لا معنى بلعب

“Dengan enam perkara engkau akan memperoleh ilmu yang bermanfaat. Yaitu, menerima nasihat guru, cerdas, ambisi, bekal yang cukup, usaha yang tulus, dan masa yang lama”.

Tabik

Oleh; Abdullah Chalim

Tim Multimedia PP. Al Anwar 3
Website dikelola oleh Tim Multimedia Pondok Pesantren Al Anwar 3 Sarang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *