Beranda > Pendiri

Pendiri

pendiri pondok pesantren al anwar 3 sarang

Biografi Syaikhuna Maimoen Zubair

Pada tanggal 28 Oktober 1928 M / 1347 H, Ibu Nyai Mahmudah binti Kiai Ahmad bin Syu’aib, istri Kiai Zubair Dahlan melahirkan seorang bayi yang kelak diharapkan keluarganya akan menjadi orang alim. Beliau tidak lain adalah Syaikhuna Maimoen Zubair pengasuh pondok pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang.

Setelah kelahirannya Syaikhuna Maimoen Zubair, kakeknya yaitu Kiai Ahmad Syu’aib menyempatkan menyempatkan berkunjung ke Sedayu, Gresik untuk menemui Kiai Faqih Maskumambang. Maksud dari kedatangan tersebut hanyalah untuk memintakan do’a kepada cucunya supaya kelak Allah menjadikan orang yang alim dan berguna bagi nusa dan bangsa. Berkat do’a dari Kiai Faqih Maskumambang tersebut ahirnya Syaikhuna Maimoen Zubair seperti yang kita ketahui beliau mempunyai ilmu yang sangat dalam, disamping itu beliau juga merupakan ulama yang aktif di dalam masyarakat, bangsa dan Negara.

Rihlah Pendidikan Syaikhuna Maimoen Zubair

Pendidikan pertama Syaikhuna Maimoen Zubair didapatkan dari bimbingan langsung oleh ayahnya, Kiai Zubair Dahlan yang sudah tidak diragukan lagi kealimannya. Sejak kecil Syaikhuna Maimoen dibiasakan oleh ayahnya untuk menghafalkan kitab-kitab matan seperti: 1. Matan al-Jurumiyyah karangan as-Shanhaji, 2. Nadham al-‘Imriti karangan Syaikh Syarofuddin al-‘Imriti, 3. Alfiyah Ibnu Malik karangan al-Imam Abi Abdillah Muhammad Jamaluddin bin Abdillah bin Malik al-Andalusy, dan lain-lain.

Selain menghafal beliau juga mengikuti ngaji kepada ulama-ulama di daerah sekitar Sarang, terutama ayahnya sendiri. Diantara kitab-kitab fiqih yang beliau kaji kepada ayahnya adalah Fath ai-Qhorib, Fath al-Mu’in, Fath al-Wahhab dan lain-lain. Setelah 4 tahun menjalani pendidikan di Sarang tepatnya pada tahun 1365-1369 H / 1945-1949 M, beliau melanjutkan pendidikannya ke Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Disana beliau mengaji kepada para ulama Liboyo yang masyhur seperti: Kiai AbduL Karim yang akrab dipanggil Mbah Manaf, Kiai Marzuki dan Kiai Makhrus. Selain itu beliau juga mengaji kepada Syaikh Ma’ruf sosok waliyullah dari desa Kedunglo, Kediri.

Setelah sekian lama bersusuah payah dalam belajarnya, akhirnya Syaikhuna Maimoen Zubair berhasil menghafalkan Nadzam Alfiyah dengan disertai pemahaman yang detail dan mendalam. Bukan hanya itu, beliau juga mendapatkan ijazah dari seorang waliyullah Syaikh Ma’ruf berupa beberapa wirid.

Pada tanggal 1369 H / 1949 M, Syaikhuna Maimoen Zubair kembali kekampung halamnnya untuk mengamalkan ilmu yang sudah beliau dapatkan selama mondok di Lirboyo. Sebagai wadah untuk menyalurkan ilmunya tersebut beliau mendirikan Madrasah Al-Ghozaliyah Asy-Syafi’iyah dengan dibantu oleh ayah handanya (Kiai Zubair Dahlan), Kiai Abdullah bin Abdurrahman, Kiai Musa bin Nurhadi, Ustadz Haromain Ma’sum, Kiai Ali Masfu’ bin Kiai Fathurrahman, Kiai Abdul Wahhab bin Husain dan ulama-ulama yang lainnya.

Selanjutnya pada tahun 1369 H / 1949 M, Syaikhuna maimoen berangkat ke kota Makkah bersama kakeknya (Kiai Ahmadbin Syu’aib) dan pamannya, Kiai Abdurrahim bin Ahmad dengan biaya dari Kiai Ahmad bin Syu’aib. Disana beliau menimba ilmu kepada para ulama al-Haramain yang termasyhur akan kedalaman ilmunya diantaranya, Sayyid Alawi al-Maliki. Bersama Sayyid Alawia al-Maliki tersebut beliau belajar beberapa fan ilmu agama, seperti Mandhumah al-Baiquniyah (Ilmu Mustholah Hadits), Syarh Ibnu Aqil dan lain-lain. Selain belajar kepada Sayyid Alawi al-Maliki beliau juga belajar kepada Syaikh Hasan al-Masysyath, seorang ulama yang ahli dalam bidang usul hadits. Salah satu kitab yang beliau pelajari dari Syaikh Hasan al-Masysyath adalah nadzam Tholi’ah Al-Anwar beserta Syarahnya. Bukan hanya itu, beliau juga belajar kitab Riyadl as-Sholikhin kepada Syaikh Muhammad Amin al-Kutbi.

Selain itu, Syaikhuna Maimoen juga belajar nadham al-Waroqot beserta Sayarahnya kepada Syaikh Abdul Qodir al-Mindili. Beliau juga mempelajari kitab Sunan Abi Dawud kepada Syaikh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani. Setelah 2 tahun belajar di Makkah, tepatnya pada tahun 1372 M / 1952 M, beliau kembali ketanah air tercinta untuk mengamalkan ilmu yang telah beliau dapatkan dari tanah suci.

Setelah beliau tiba di tanah air, Syaikhuna Maimoen Zubair langsung berkiprah di dunia pesantren untuk mengajarkan ilmu yang beliau miliki khususnya kepada para santrinya di Madrasah Al-Ghozaliyah Al-Syafi’iyah. Di madrasah ini beliau menjabat sebagai Mudir Am. Disela-sela kesibukannya mengajar, beliau masih menyempatkan untuk tetap menimba ilmu kepada ayah handanya, Kiai Zubair Dahlan dan beberapa ulama yang ada di tanah air dengan bertemu langsung, diantaranya:

  1. Kiai Baidlowi bin Abdul Aziz
  2. Kiai Bisyri Mustofa
  3. Kiai Abdul Wahhab bin Hasbullah
  4. Kiai Abdul Wahib bin Kiai Abdul Wahhab (Mantan Menteri Agama)
  5. Kiai Ma’shum Lasem
  6. Kiai Bisyri Syansuri
  7. Habib Abdullah bin Abdul Qodir Balfaqih Malang
  8. Habib Ali bin Ahmad Al-Aththos
  9. Kiai Thohir, pengasuh yayasan Ath-Thohiriyah Jakarta
  10. Kiai Ali bin Ma’shum Jogja
  11. Kiai Abdul Hamid Pasuruan
  12. Kiai Muslih bin Abdurrahman Mranggen Demak
  13. Kiai Abbas Buntet Cirebon
  14. Kiai Khudlori Tegalrejo
  15. Kiai Asnawi Kudus
  16. Kiai Ikhsan Jampes
  17. Kiai Abu Fadhol Senori
  18. Kiai Abu Khoir Jatirogo, dan masih banyak yang lainnya.

Mendirikan Pesantren

Pondok pesantern Al-Anwar bukan merupakan pondok peninggalan atau warisan dari ayah handanya, melainkan pondok yang beliau rintis sepulang dari Makkah al-Mukarromah, karena melihat banyaknya santri yang ingin berdomisili di pondok dan belajar kepada beliau. Maka pada tahun 1964 M / 1384 H dengan bantuan ayahnya beliau membangun sebuah musholla sederhana yang terletak di depan rumah beliau sebagai sarana tempat untuk mengajar para santri. Dari situlah awal berdirinya pondok pesantren Al-Anwar.

Melihat antusiasnya para santri yang begitu besar ingin nyantri dan khidnmah kepada beliau, akhirnya pada tahun 1967 M / 1387 H, Syikhuna Maimoen Zubair membangun sebuah kamar sederhana yang terletak di dekat musholla dengan tujuan sebagai tempat menginap para santri supaya lebih fokus dalam mengaji dan berkhidmah. Oleh para santrinya pondok tersebut diberi nama POHAMA kepanjangan dari “Pondok Haji Maimoen”. Namun selang bebrapa tahun, untuk mengenang abah beliau, Kiai Zubair Dahlan, yang asal mulanya namanya POHAMA dirubah menjadi Al-Anwar. Berangkat dari nama ayahnya Anwar sebelum naik haji, yang kemudian setelah naik hajinya diganti dengan nama Kiai Zubair Dahlan.

Seiring dengan berjalannya waktu, santri Pondok Pesantren Al-Anwar mencapai jumlah yang begitu pesat, sehingga menuntut adanya pembangunan di bidang fisik. Maka pada tahun 1972 M/ 1392 H, musholla direnovasi dengan menambah bangunan diatasnya yang kemudian disebut dengan Khos Darus Salam (DS). Disamping rumah beliau sebelah selatan juga dibangun sebuah kantor pondok. Seiring dengan bertambahnya santri, maka pembangunan dalam bentuk fisik terus dilakukan. Maka pada tahun 1973 M / 1393 H dibangun Khos Darun Na’im (DN), dua tahun selanjutnya tepatnya pada tahun 1975 M / 1395 H dibangun Khos Nurul Huda (NH), pada tahun 1980 M / 1401 H dibangunlah Khos Al-Firdaus (AF). Dari tahun ketahun pembangunan fisik tersebut terus berlangsung, tepat pada tahun 2004 M /1425 H PP Al-Anwar mendirikan sebuah Sebuah Gedung Serba Guna (GSG) yang mempunyai lantai lima dan diresmikan langsung oleh wakil Presiden DR. H. Hamzah Haz.

Pada tahun 1995 M / 1416 H, KH. Muhammad Najih Maimoen Zubair merintis pembangunan Khos Darus Sholikhin (DH). Pada tahun selanjutnya, 1996 M, beliau juga membangun sebuah Khos khusus untuk putri yang berkeinginan untuk menghafal al-Qur’an dan diasuh langsung oleh istri tercinta beliau Nyai Hj. Mutammimah Najih Maimoen. Dan pada tahun 2005 M dibangun Ruwaq Darut Tauhid PP. Al-Anwar, yang akan digunakan sebagai tempat pertemuan para alumni Sayyid Muhammad Alawy Al-Maliki, Makkah Al-Mukarromah. dan saat ini diasuh langsung oleh KH. Muhammad Najih Maimoen.

Selain mendirikan PP. Al-Anwar Putra, Saykhuna Maimoen Zubair juga mendirikan PP. Al-Anwar Putri dengan dibantu oleh almarhumah istri beliau, Nyai Hj. Masthi’ah. Karena melihat lingkungan sekitar yang masih banyak belum bisa ruti menjalankan sholat 5 waktu serta kemampuan membaca al-Qur’annya yang masih kurang, maka pada tahun 1977, beliau membangun musholla dibelakang rumah yang pada saat itu menggunakan dinding yang terbuat dari gedek (anyaman bambu). Dari sinilah kegiatan keagamaan berjalan dengan baik, dan banyak juga anak yang akhirnya menetap di musholla. Inilah awal dari perjalanan PP. Al-Anwar putri.

Seiring berkembangnya waktu, PP. Al-Anwar Putri mengalami perkembangan yang sangat signifikan sepertihalnya santri putra. Tercatat pada tahun 2009 jumlah santri mencapai 2000 santri yang berasal dari berbagai penjuru daerah yang ada di Indonesia dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari SD, MI, SLTP, SLTA, bahkan juga Sarjana.

System yang diterapkan di Pondok Pesantern Al-Anwar adalah sistem Syalafiyyah, dimana para santri wajib mengikuti pengajian para Masyayikh atau ustadz, baik lewat pendekatan bandongan maupun sorogan. Selain itu, santri juga harus mengikuti pendidikan Muhadloroh atau Madrasah Ghozaliyah Syafi’iyah sampai tingkat aliyah dan melanjutkan pada PPTM (Ma’had Aly) dalam jenjang masa pendidikan 2 tahun. Kegiaatan yang lain adalah mudzakaroh Fath al-Qorib, Fath al-Mu’in, Ibnu Aqil, Jauharotul Maknun dan lain-lain.

Seiring dengan tuntutan zaman, PP Al-Anwar terbagi menjadi 4, pertama PP. Al-Anwar I khusus bagi santri yang ingin mendalami ilmu agama secara murni. Pada PP. Al-Anwar II yaitu sebgai wadah bagi para santri yang ingin mengkaji tentang ilmu sains dan technologi tapi tiidak meninggalkan ilmu agamanya. PP. Al-Anwar II ini, terletak kurang lebih 3 KM dari desa Karangmangu tepatnya didesa Gondanrejo Kalipang, Sarang, Rembang. Disinilah didirikannya lembaga pendidikan formal dibawah naungan LP. Ma’rif NU setingkat dengan SD, SLTP, dan SLTA dengan nama MI, MTs, dan MA Al-Anwar. Diharapkan dengan adanya lembaga pendidikan formal tersebut santri akan memperoleh keseimbangan dalam segi imtek dan ipteknya, sehingga nantinya vbukan hanya kebahagiaan dunia saja yang akan diraihnya namun juga kebahagiaan nanti di akhiratnya. Dalam hal ini diasuh langsung oleh putra beliau KH. Abdullah Ubab MZ.

Selanjutnya pada tanggal 15 September 2003 M / 1424 H merupakan awal sejarah diresmikannya lembaga formal setingkat SLTP dengan nama MTs Al-Anwar. Pada tanggal 21 September 2006 M / 1427 H, PP. Al-Anwar II juga membuka lembaga pendidikan setingkat SLTA dengan nama Madrasah Aliyah Al-Anwar. Kemudian pada tahun 2013, Syaikhuna Maimown mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Anwar (STAIA) yang berada dalam naungan pondok pesantren Al-Anwar III yang diasuh langsung oleh Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen

Sebagai puncaknya, Syaikhuna Mimoen Zubair mendirikan lembaga pendidikan formal SMK (sekolah menengah kejuruan) pada tahun 2018 yang berada dalam naungan Pondok Pesantren Al-Anwar IV, yang diasuh oleh KH. Taj Yasin Maimoen (wakil gubernur jateng).

Kiprah Syaikhuna dalam keorganisasian

Dengan wawasan dan kedalaman ilmu yang dimiliki beliau syaikhuna Maimoen Zubair selama menjadi pelayan ilmunya ALLAH, banyak amanah dan jabatan yang dipercayakan kepada beliau, diantarantya adalah:

  1. Mudir ‘Am Madrasah Ghozaliyah Syafi’iyyah.
  2. Nadhir Masjid Jami’ Sarang yang tempatnya disebelah baratnya desa Sarang
  3. Ketua Badan Pertolongan / Sosial Kota Sarang selama delapan tahun, mulai dari tahun 1967-1975 M / 1387-1395 H.
  4. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tingkat II Rembang, mulai tahun 1971-1978 M / 1391-1399 H.
  5. Anggota Majlis Permusyawaratan Rakyat / MPR RI tahun1987-1999 M, dari utusan Jawa Tengah.
  6. Ketua Syuriah NU Provinsi Jawa Tengah tahun 1985-1990.
  7. Ketuan Jam’iyyah Thoriqoh NU hasil kongres ketujuh di Pondok Pesantren KH. Mushlih Mranggen Demak sampai Mukhtamar berikutnya, yang berlangsung di kota Pekalongan pada tahun 2000 M. Setelah masa jabatannya habis, beliau melakukan bai’at Thoriqoh Naqsabandiyyah kepada As-Syaikh DR. Dliya’uddin bi Najmuddin bin As-Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi.
  8. Pada tahun 1995-1999 M, beliau memegang jabatan ketua MPP. PPP.
  9. Pada tahun 2004 M, beliau menjabat sebagai ketuan Majlis Syari’ah PPP.
  10. Pada tahun 2007 M, beliau menjadi figur utama dalam Majlis Ijtima’ Ulama ‘ Nusantara kedua di Malaysia utusan dari Indonesia.
  11. Pada tahun 2010 M, beliau menjadi anggota ICIS (International of Islamic Scholars) dari Indonesia yang diutus ke Uzbekistan.

Keluarga Syaikhuna Maimoen Zubair

Dalam kehidupan berumah tangga Syaikhuna Maimoen Zubair menjalankan sunnah rosul sebanyak tiga kali. Istri pertama dari Syaikhuna Maimoen Zubair adalah Ibu Nyai Hj. Fahimah, putri dari KH. Baidlowi bin Abdul Aziz Lasem yang terkenal dengan seorang alim dalam bidang Fikih dan ilmu Thariqat. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai tujuh putra, empatnya meninggal dunia ketika masih kecil sedangkan tiganya berhasil menjadi orang besar yang meneruskan tongkat estafet Syaikhuna maimoen Zubair, diantaranya adalah :

  1. KH. Abdullah Ubab
  2. Agus. Muhammad Abid (Alm)
  3. Ning. Mas’adah (Alm)
  4. Ning. Azza (Alm)
  5. KH. Muhammad Najih
  6. Ning. Rofiqoh (Alm)
  7. Ibu Nyai Hj. Shobihah Musthofa.

Istri kedua dari Syaikhuna Maimoen Zubair adalah Ibu Nyai Hj. Masthi’ah, putri dari Kiai Idris Cepu. Dari penikahan ini, Syaikhuna Maimoen Zubair dikaruniai delapan buah hati, diantaranya:

  1. KH. Majid Kamil
  2. Dr. KH. Abdul Ghofur
  3. KH. Abdur Rouf
  4. KH. Ahmad Wafi
  5. Ning. Nihayatus Sa’adah (meninggal di waktu kecil)
  6. Ning. Hj. Rodliyah Ghorro’
  7. KH. Taj Yasin
  8. KH. Muhammad Idror

Istri ketiga dari Syaikhuna Maimoen Zubair adalah Ibu Nyai Hj. Heni Maryam dari kudus.

Kewafatan Syaikhuna Maimoen Zubair

Pada selasa, 6 Agustus 2019 M yang bertepatan pada 5 Dzulhijjah 1440 H, Syaikhuna Maimoen Zubair wafat di kota Makkah al-Mukarromah yang pada saat itu sedang menunaikan ibadah haji. Kemudian beliau di makamkan di pemakaman al-Ma’la bersama makam istri nabi Muhammmad dan para sahabat serta para guru-guru Syaikhuna Maimoen Zubair.