Beranda > Senggang > Cerpen Santri > Diskusi Nyentrik

Diskusi Nyentrik

Malam hari adalah waktu yang tepat untuk mencurahkan isi hati (curhat). Curahan sendiri terbagi menjadi dua: 1) untuk Tuhan, 2) untuk sesama manusia, tergantung tingkat dan derajat manusia masing-masing.

Zuhaid dan Jabir adalah karib yang mesantren di salah satu pondok terkenal di Indonesia, bahkan dunia. Mereka berdua sama tetapi berbeda, sama mesantren di satu lembaga, namun berbeda kelas. Jabir santri baru sedangkan Zuhaid sudah 3 tahun. Terjadilah percakapan di antara kedunya pada suatu malam, ditemani kopi, angin, dan syahdu.

Jabir: “Kang, aku kan baru mondok, aku tak mengerti resolusi santri , janjane santri itu apa? Kemaren aku belajar bahasa Arab bab istifham, maksud pertanyaan ini apa, dalam b. Arab: مَا هُوَ سَنْترِي؟.

Zuhaid: ” Ajit, Nte ! Kalau gitu, aku jawab pake bahasamu lah,

Daftar Pustaka: At-Taubah 122

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semua (ke medan perang). Mengapa  tidak pergi dari masing-masing golongan di antara mereka, untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi tahu kepada kaumnya? (al-Taubah: 122)

Santri itu kumpulan orang yang masuk pada firman Allah ‘Ta’ālā dalam surat al-Taubah: 122, tadi. Coba lihat, dalam ayat itu disebut ṭāifah (kelompok) bukan al-nās atau kullu al-nās . Karena memang realitanya yang merantau untuk mencari ilmu agama sebagian besar orang dari setiap desa, bukan semua penduduknya.

Jabir: “Kok bisa, Kang ? padahal di situ tak disinggung kata-kata santri sedikitpun!”

Zuhaid: “Memang tak ada lah, tapi perjalanan santri dalam menuntut ilmu, dan tujuan akhirnya adalah وَلِيُنذِرُوا قَوْمَهُمْ cocok dengan golongan dalam ayat itu.”

Jabir: “ Walah gitu tah, Kang! Ngomong dong, diem-diem bae ! , aku kan santri anyar toh, gak ngerti analisis ini, hehe. Sek, Kang!, jika boleh tahu, santri itu berasal dari bahasa mana? ”

Zuhaid: “Afwan yā akh, hehe. Perihal santri sendiri, sudah ada sejak zaman dulu, dan yang mengistilahkan ya orang Jawa sendiri, coba saja! apa kamu pernah baca sejarah Walisanga, penyebar agama Islam tersohor di Jawa? Mereka berdakwah dengan lemah lembut menampakkan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘ālamīn, sehingga banyak masyarakat yang belajar pada akhirnya. Murid mereka itu sebutannya Santri; Santri Sunan Ampel, Santri Sunan Kalijaga, Santri Sunan Gunung Jati, dan lain-lain.”

Jabir: “ Walah walah, baru tau aku mas. Tapi aku masih penasaran, apakah Santri itu merupakan singkatan dari suatu definisi, ataukah memang hanya sebutan? Kayaknya kalimat Santri sangat sakral sekali, Kang! ”

BACA JUGA :  ADIKSI SANTRI DI ATAS EKSPEKTASI

Zuhaid: “ Owh itu tah, haha. Nih dengerin, menurut keterangan salah satu Masyaikhku, Santri itu merupakan singkatan dari huruf Arab:

س: سَالِكٌ فِي رِضَا الْمَوْلَى (Berjalan dalam keridloan Tuhan)

ن: نَائِبٌ عَنِ الْعُلَمَاءِ (Pengganti Ulama)

ت: تَارِكُ الْمَعَاصِي (Orang yang meninggalkan maksiat)

ر: رَاغِبٌ فِي الْعِلْمِ (Cinta pada ilmu)

ي: يَعِيْشُ فِي رَوْحِ اللهِ (Hidup dalam rahmat Allah)

Jabir: “Mā syā`a Allah, aku bangga mas jadi santri, hanya saja kenapa kok walau aku santri, hidupku seakan tidak dalam rahmat Allah, ya? dari segi uang saku aku pas-pasan, otak juga kurang dari minimal, belajar susah masuk. Padahal, dalam singkatan tadi tertera يَعِيْشُ فِي رَوْحِ اللهِ tapi realitanya aku susah. Aku tak masuk dalam kriteria. Aku bingung, Kang? ”

Zuhaid: “Kang ganteng ! yang dinamakan pedang itu tak bisa terwujud bentuknya, terlihat ketajamannya, sebelum ia dibakar, di masukan dalam alat pencetak, lalu di tekan pake senjatanya Thor. Lalu dibakar lagi, lalu dipukul lagi, dan itu terus dilakukan dan diasah, sampai terbentuklah ia.”

Tidak! Kamu juga sama, masih dalam proses, makanya wajar jika banyak cobaan. Yang jelas setiap kali Allah mencobamu, Dia tak akan membebanimu kecuali hakikatnya mampu melaluinya. Jika kamu melihat sejarah, banyak kok Ulama yang dulunya merasa kurang cerdas, tapi akhirnya dengan bersungguh-sungguh menerima, dan tawakkal pada Allah, ia akhirnya di beri futuh, seperti Imam Ibnu Hajar. Bahkan Ṣahabat Abu Hurairah, yang dikenal perawi hadis terbanyak pernah memperbaiki susah dalam menghafal, jadi Rasulullah mendoakannya, maka Allah pun mengabulkan كُنْ فَيَكُوْن. ”

“Sejarah tadi sebagai cermin agar kita selalu curhat ke Kyai, Ustadz, atau kakak kelas, agar mendapat pencerahan, Insyaallah. Tapi yang jelas Kyai selalu mendoakan santrinya, tinggal kita yang mendoakan beliau, agar terjalin hubungan batin.”

“Sementara masalah uang yang pas-pasan jika kita menilik sejarah lagi, santri-santri Rasul yang disebut Ashab al-Suffah, mereka itu sama! Tidak mampu juga, bahkan mereka selalu tahan lapar, gak kayak kamu masih bisa makan teratur, cuman kamu saja yang tak bisa menggunakan uang dengan baik. Kamu terlalu boros, padahal kamu tau bagaimana kondisi ekonomimu,” terang Zuhaid.

Jabir: ” nggeh, Kang, aku memang terlalu boros, tapi masalah belajar aku sudah lakukan, kok. Berdoa juga sudah tapi tetap saja…”

Zuhaid: “Oke, tak saranin dalam belajar. Pasanglah hati yang senang, dan rasa ingin tau lebih, tolong kamu sudah tau pelajaran itu. Dan jika berdoa, jangan berdoa dalam mulut, tapi hati kesana-kemari. Tetapi harus menginstal mode hina dan butuh untuk Allah agar dikabulkan oleh Allah, Seperti dawuh Imam Ibnu ‘Aṭōillah:

BACA JUGA :  SIKAP GUS MUS DAN GUS GHOFUR

وَلَا أَسْرَعَ بِالْمَوَاهِبِ إِلَيْكَ مِثْلُ الذِّلِّ وَالْإِفْتِقَارِ

Tak ada bantuan yang lebih cepat terkabul bagimu layaknya kerendahan dan kebutuhan (untuk Allah)

Gitu, Alis ! lah yang saya tau, Muhadloroh aja jarang masuk, pas ditanya sama Ustadz Ngazis, “Saya ikutan teman-teman, lagian percuma sekolah tapi buktinya tetap saja gak bisa-bisa, dan saya malas juga”, kayak gini kok bilang sudah perlu, Apa kata Pak Dul ahli ahlinya, intinya inti, dan inti dari inti, jika dia tau kamu begini? pasti kamu ditertawakan, padahal kamu dinilai wajar, ya percuma, unfaidah! ”

Jabir: “loh Kang, kok kamu tau seluk beluk aku sih? tau dari mana?”

Zuhaid: “Aku ini punya kawan guru, malah ia wali kelas kamu, karena aku deket sama kamu, aku sering nanya sama dia tentangmu.”

Jabir menunduk tersimpuh malu karena rahasaianya terbongkar, ia pun nyruput kopi ikut malam itu, lalu ia menyahut:

Jabir: “Aku merasa bersalah, Kang. Okelah, mulai saat ini aku akan belajar bersungguh-sungguh, berdoa dan tawakkal, dengan penuh rasa cinta pada ilmu, dan tetap tersenyum, hehe. ”

Zuhaid: “ Kowe iki ancen alis!

Jabir: “Loh nopo, Kang ? Aku kan mengatakan benar tadi? ”

Zuhaid: “Dudu kuwi maksudku, iki loh. lapo cacakan rokok dilebukno nang kopi? Maksudmu pie ?

Jabir: “Ya Allah, Kang, aku lali jeh, ndek mau aku grogi maring awakmu, mergo topeng asliku kebuko, dadi gak sadar, Kang, hehe. sepurone mas, حُرِّيَّةً ، حُرِّيَّةً ، حُرِّيَّةً ( kagum … tenan yo nggawe kata alis,” sahut Jabir sambil tersenyum.

Zuhaid: “Ya, kopi yo gampang, iso tuku maneh, paling yo 2000 cukup. Nek neng warung santri hehe, hei alis! Anjir iku meksude. أنْتَ جَمِيْلٌ يَا جَابِرُ (kamu tampan wahai Jabir). ”

Jabir: “Mā syā`a Allah, jebule cerdas, Kang. tak kiro otakmu tumpul, wkwk peace guyon aku, Kang! Suwun yo, Kang. Padahal, Jare koncoku aku iki elek , Tapi nek seng ngomong awakmu iku artine aku ancen ganteng tenan. Owh…. Laila, kemarilah aku menunggumu dengan ketampannanku, hehe

Zuhaid: Halah!, dadi wong kok PD-nan, guyon aku. Wes wes ayo balik pondok, wes dalu iki. (Jabir menggerutu dalam hati dan berkata, “haaah!, janjane sing alis tenan yo kwe”)

#نَدْوَةٌ عَرَبِيَّةٌ! حَيٌّ فَائِزٌ

Fahrur Razi
Santri aktif pondok pesantren Al Anwar 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *