Pada lengking pita suaramu Aku petani yang menjarah perut sendiri Dalam liur serigala tamak kala itu Sebilah pisau mengiris ubi cilembu Bertukar piring di atas tangis sesamaku
Pagi itu, di dekat rayuan sang Amir Yang lantang kecapnya Yang manis lidahnya Yang hangat dekapnya Akhirnya merebah berbau anyir Membusuk dari hari ke hari
Akankah sama nantinya Nasib yang diadu dalam kotak suara Tawa yang digantung dalam kabut-kabut wacana Anak-anak tak lagi menyanyikan Indonesia Raya Lagu itu telah tabuh dan hanya Indonesia Rayu
Ya Tuhanku Apakah tulang-tulangku tidak cukup bagi-Mu Rintih para petani tentang pulang Rindu akan sosok Amir yang berjuang Yang titah dan tahtanya adalah kalam-Mu Semoga saja dia yang baru Allāhumma anzil amīran ilaynā wa lā ‘alaynā
Oleh: Ustadz In’am Abdul Wahab A.