Beranda > Senggang > Puisi Santri > Untuk Palestina

Untuk Palestina

palestina
Di suatu sudut dunia
Di tanah yang suram, merah gumpalan debu,
Terhampar tragedi, suara meratap gemuruh.
Negeri yang dipanggil Palestina.
Begitu jauh dari sudut mata dunia,
Namun begitu dekat di hati,
Negeri yang dulu subur,
Kini duka merajai.
Di balik tembok yang kokoh berdiri,
Cerita pilu terjadi, air mata menetes tak terhenti.
Rasa kemanusiaan terkoyak, di tepi-tepi perjuangan,
Palestina, panggilan hati, doa terus mengalir.
Sebuah kisah kemanusiaan,
Yang dipenuhi dengan warna warni kehidupan,
Terukir disetiap wajah yang menatap masa depan,
Di balik tebing tinggi mengejar Impian.

Anak-anak kecil bermain di reruntuhan bangunan,
Bukan mainan, melainkan puing-puing kehancuran
Mereka tersenyum, namun matanya berduka,
Antara impian yang pudar dan ketakutan yang nyata.
Saat matahari terbenam,
Menyisakan bayangan hitam,
Doa-doa mengalun seperti nyanyian,

Membelah langit dan bumi dunia.
Di malam yang sunyi, langit dihiasi pelangi roket,
Menyisakan rasa kehawatiran.
Namun di sanalah, tumbuh bunga harapan,
Palestina, negeri yang menatap langit biru.

Kemanusiaan diuji dalam situasi mencekam,
Namun di sanalah muncul keajaiban,
Rasa kasih, keberanian, dan keadilan,
Menari diantara sisa puing bangunan.

Dalam setiap puing yang hancur,
Terhanyut rasa duka yang melebur
Namun, terlukis kisah keberanian
Bahkan ketahanan yang menginspirasi.
Konflik yang lama tak berkesudahan,
Seakan menjadi bagian dari sejarah yang kelam.
Namun di dalam kepayahan, terbersit kekuatan,
Palestina, jiwamu masih menyala-nyala.
Kalimat dukungan terdengar dari ujung dunia,

Doa-doaku bersamamu, Palestina.
Kemanusiaan tak mengenal batas dan warna kulit,
Sebab kita semua bersaudara, satu keluarga.
Palestina, negeri yang mengajarkan keteguhan,
Walaupun luka masih terbuka, semangat tetap berkobar.

Kemanusiaan adalah jembatan keadilan,
Dan cinta adalah bahasa yang mengubungkan kita semua.
Dalam langit birunya, angin membisikkan harapan,
Bahwa suatu hari nanti, damai akan hadir menggantikan derita.

Kemanusiaan kita, tautan yang tak terputus,
Sebab kita semua adalah warga dunia, dalam keberagaman bersatu.
Sejauh mata memandang, Sejauh hati ini merasakan
Palestina, engkau bukan sekedar nama dalam peta dunia,
Engkau adalah puisi Panjang yang terus bercerita,
Mengajarkan arti sejati kemanusiaan yang tak henti.

*Sholikhatun Nafiah, Mahasiswi STAI AL-Anwar Program Studi PGMI, bisa disapa di Instagram: @nafi_ah_026

BACA JUGA :  TAKBIRAN DENGAN SOUND HOREG PERSPEKTIF FIKIH

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *