Beranda > Keilmuan Islam > Syawal Yang Istimewa

Syawal Yang Istimewa

syawal

عنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ لِأَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ يَوْمَانِ فِي كُلِّ سَنَةٍ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَلَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ قَالَ كَانَ لَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا وَقَدْ أَبْدَلَكُمْ اللَّهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى

“Dari Anas bin Malik, berkata: Kaum Jahiliyah memiliki dua hari raya dalam setiap tahun, mereka bermain pada hari raya itu. Ketika Rasulullah datang ke Madinah, ia bersabda: Kalian memiliki dua hari raya, kalian dapat bermain pada hari raya itu. Sungguh, Allah telah mengganti dua hari raya dengan yang lebih baik yaitu eid al-fitr dan eid al-adha.” (H.R. Abu Dawud dan al-Nasai)

Bulan Syawal merupakan bulan yang umat Islam nanti-nantikan setelah berpuasa sebulan penuh. Umat Islam di seluruh dunia merayakan kemenangan pada tanggal 1 Syawal yang dikenal dengan “yaum ‘eid al-fitri.” Di Indonesia, hari raya idul fitri disebut dengan istilah “lebaran”.

Menelisik dari sudut pandang pemaknaan, hari raya (ied al-fitr) memiliki makna kembali suci. Dengan artian, manusia kembali menjadi bersih dan suci seakan terlahir kembali setelah menjalankan puasa satu bulan. Ibadah puasa yang mengharuskan untuk menahan segala godaan dan hawa nafsu.

BACA JUGA :  Kerukunan Antar Umat Beragama

Pemaknaan ini tidak berbeda jauh dengan filosofikata “lebaran.” Dalam bahasa Jawa, lebaran mengandung makna lebar-lebur-luber-labur. Lebar dari kemaksiatan, lebur dari dosa, luber dari pahala, keberkahan dan rahmat Allah serta labur atau putih bersih dari dosa. Oleh karenanya, lebaran juga memberikan makna kembali bersih atau suci dari dosa.

Selain sebagai bulan kemenangan, bulan Syawal memiliki banyak keistimewaan, salah satunya adalah pahala berpuasa 6 hari. Seperti yang tercantum dalam hadis Rasulullah yang menerangkan bahwa pahala bagi orang yang berpuasa 6 hari bulan Syawal seperti berpuasa satu tahun penuh.

من صام رمضان ثم أتبعه بست من شوال، فكأنما صام الدهر

“Siapa yang berpuasa di bulan ramadhan kemudian mengikutkannya dengan berpuasa 6 hari di bulan Syawal, maka seakan ia berpuasa selama satu tahun penuh.” (H.R. Muslim. No. 1164)

Pertanyaannya adalah kapan puasa 6 hari syawal ini dimulai? dan bagaimana pelaksanaannya?

Secara garis besar, seseorang sudah dapat memulai puasa pada hari ke dua dari bulan Syawal. Hal ini dikarenakan tanggal 1 Syawal tidak diperkenankan untuk menjalankan puasa. Terkait dengan kapan pelaksanaan puasa, ulama memiliki perbebedaan pendapat.

BACA JUGA :  Kesulitan Mendatangkan Pelajaran

Pendapat pertama, puasa 6 hari Syawal lebih utama dimulai pada hari kedua Syawal dan dilakukan secara muttasil (bersinambung). Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Ibrahim al-Baijuri. Kemudian Imam Ramli memberikan sebab keutamaan dari pendapat ini yaitu karena segera melaksanakan ibadah dan agar tidak mendapat halangan yang sulit untuk berpuasa.

Pendapat kedua menyatakan bahwa puasa 6 hari Syawal lebih afdhal dimulai pada hari kedua Syawal dan bagi seseorang yang memulai puasa Syawal tidak selepas hari pertama Syawal masih diperbolehkan. Kebolehan ini asalkan masih dilakukan pada bulan Syawal. Seperti apa yang tercantum dalam al-Minhaj Syarh Shahih Muslim.

Dari pendapat ulama di atas, memberikan kesimpulan sebagai berikut; Pertama, puasa 6 hari Syawal lebih utama dilakukan langsung setelah hari pertama Syawal dan secara berturut-turut. Kedua, puasa 6 hari Syawal boleh dilaksanakan di tengah dan akhir dari bulan Syawal. Ketiga, puasa 6 hari Syawal boleh dilakukan secara tidak berurutan.

The last, bagaimana niat puasa Syawal?, berikut adalah lafal niat puasa Syawal.

Niat puasa Syawal,

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لِلهِ تَعَالَى

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Syawwal esok hari karena Allah Ta’ālā.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *