Di antara desah nafas dan bisikan tasbih, setiap muslim yang berdiri di shaf tarawih membawa harapan tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk ayah dan ibu yang telah mengajarkan mereka arti keimanan. Dengan setiap rakaat yang dilalui, ada keyakinan bahwa dosa-dosa yang mungkin pernah menodai lembaran hidup mereka dan orang tua mereka, akan terhapus oleh kasih sayang Ilahi.
Malam kedua ini, seperti sebuah jembatan yang menghubungkan generasi, dimana anak-anak dengan penuh hormat dan kasih, memohon kepada Allah subhānahu wa ta’āla agar memberikan rahmat-Nya tidak hanya kepada mereka, tetapi juga kepada kedua orang tua yang mukmin. Ada kepercayaan bahwa doa-doa yang dipanjatkan di malam ini memiliki kekuatan untuk menyucikan, tidak hanya jiwa yang berdoa, tetapi juga jiwa yang telah memberi mereka kehidupan. Sebagaimana penjelasan dalam kitab Durrāt al-Naṣihīn,
وفي الثانية الليلة يُغْفَرُ لَهُ وَلِأَبَوَيْهِ اِنْ كَانَا مُؤْمِنَيْنِ
Artinya: Pada malam kedua, orang yang salat Tarawih akan diampuni dosanya serta dosa kedua orang tuanya jika keduanya mukmin.
Ketika imam mengangkat tangannya untuk doa penutup, dan jemaah mengaminkan dengan penuh haru, ada perasaan syukur yang mengalir dalam setiap dada. Mereka percaya bahwa pada malam kedua ini, pintu-pintu surga terbuka lebar, mengundang setiap doa untuk masuk dan dijawab, mengundang setiap dosa untuk terampuni, dan mengundang setiap hati untuk kembali fitrah seperti bayi yang baru lahir.
Malam ini adalah malam penghormatan, malam dimana anak-anak berbakti melalui doa, dan malam dimana langit turun untuk mendengarkan. Semoga narasi ini dapat mengingatkan kita akan keberkahan yang Allah subhānahu wa ta’āla curahkan pada malam kedua tarawih, dan semoga kita semua dapat menjadi bagian dari mereka yang beruntung mendapatkan ampunan-Nya. Amin.