Belakangan ini kita sering mendengarkan pekikan Allāhu Akbar yang dilontarkan oleh sebagian kelompok Islam. Lafadz tersebut digunakan sebagai penyemangat untuk kelompoknya. Namun sayang, mereka sangat sembarangan dalam menggunakan lafadz agung tersebut.
Memekikkan lafadz Allāhu Akbar disertai tindakan anarkis, melempar, memfitnah, merusak, bahkan melakukan aksi teror bom. Fenomena tersebut sangat membingungkan masyarakat luas, terutama bagi mansyarakat awam yang kurang mengenal agama. Bisa jadi nanti mereka salah menafsirkan lafadz Allāhu Akbar menjadi “Ayo bakar itu!”
Sebenarnya, bukan lafadz Allāhu Akbar yang salah, tetapi oknum yang menggunakan lafadz tersebut untuk mengobarkan semangat merusak dengan pemaknaan sepihak. Akibatnya, lafadz tersebut sering di gunakan sebagai alat melakukan kerusakan dan berkonotasi negatif.
Makna dari Allāhu Akbar sebenarnya adalah pengakuan kita terhadap kebesaran serta kekuasaan Allah. Kita sangat lemah dan tidak berdaya dihadapan Allah. Ikrar bahwa Allah jauh lebih besar dan agung ditimbang semua makhluk ciptaan-Nya.
Penggunaan lafadz Allāhu Akbar sebagai penyemangat melakukan kerusakan dan kekerasan jelas bertentangan dengan esensi dari lafadz tersebut. Alih-alih mengagungkan nama Allah dengan khusyu’ dan menundukkan kepala, justru malah mereka meneriakkannya dengan mengepalkan tangan dan penuh kesombongan.
Sebenarnya setan dan iblis sangat benci dengan lafadz Allahu Akbar. Tapi berhubung lafadz tersebut diteriakkah bersamaan dengan melakukan kerusakan, tentu mereka akan senang telah berhasil mendapat teman di neraka kelak.
Fakta bahwa Allahu akbar banyak digunakan untuk melakukan tindak kekerasan menimbulkan kekhawatiran besar dari seluruh masyarakat Indonesia. Bahkan semua makhluk Allah yang ada di seluruh jagat raya. Pasalnya, lafadz yang seharusnya digunakan untuk mengabdi kepada Allah, justru digunakan sebagai ‘jargon’ untuk melakukan kerusuhan.
Kita sebagai makluk, sudah sepantasnya menyembah dan mengabdikan diri kita kepada sang Khaliq. Walaupun perlu kita ketahui, bahwa keagungan Allah tidak akan bertambah jika kita rajin menyembah-Nya. Begitu juga jika kita membangkang, maka tidak akan mengurangi kebesaran Allah sedikitpun.
Allah tidak membutuhkan pengabdian dan penghambaan seseorang, justru orang itulah yang membutuhkan bantuan dalam segala hal dari Allah. Namun, tidak jarang dari makhluk-Nya berprilaku sombong, merasa paling bisa melakukan semuanya, dan bertindak seenaknya kepada sesama. Tidak sedikit pula yang mendewakan nafsu secara terang-terangan. Parahnya, mereka menyertakan nama suci Tuhan dengan harapan Tuhan mau memaafkan kesalahan mereka jika nama tersebut dibawa beserta melakukan kerusakan. Mereka lupa, bahwa Allah tidak menyukai perilaku kejahatan.
Agama Islam mengajarkan perdamaian dan cinta, bukan permusuhan dan kebencian. Kata Islam berasal dari akar kata salima yang berarti damai, selamat dari bahaya. Sadangkan Islam sendiri berarti pasrah. Jika dilihat dari pengertian, ini, maka tidak cocok jika melakukan kekerasan dengan membawa nama Islam.
Keagungan asma Allah yang digunakan untuk kepentingan-kepentingan dunia tak seimbang adalah sebuah kedzoliman yang selama ini tak disadari oleh oknum-oknum tertentu. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama memohon kepada Allah agar segala prilaku kita menjadi penyelamat kita di hari kiamat.
*M. Nahidl, Santri asal Jekulo Kudus. Dikutip dari Laman Ujung Pena, 25 Nopember 2017