Di bawah rembulan yang terang, masjid-masjid dipenuhi dengan cahaya dan zikir. Setiap takbir yang berkumandang, setiap ayat yang dilantunkan, membawa harapan dan keberkahan. Dalam barisan shaf yang tertata, setiap jiwa menyatu dalam ibadah, meninggalkan jejak-jejak dunia di luar pintu masjid.
Mereka yang hadir dengan hati yang tulus, menunaikan tarawih dengan penuh pengharapan, percaya bahwa setiap rakaat yang mereka lakukan adalah langkah menuju pemurnian diri. Seolah-olah, dengan setiap gerakan, setiap doa yang terucap, rantai-rantai yang membelenggu jiwa mulai terlepas, satu persatu.
Ketika malam semakin larut, dan salat tarawih mencapai penghujungnya, ada perasaan lega yang menyelimuti jemaah. Mereka percaya, bahwa pada malam pertama ini, Allah subhānahu wa ta’āla telah membuka pintu rahmat-Nya, mengampuni dosa-dosa mereka, sebagaimana seorang ibu yang memandang anaknya dengan penuh kasih sayang, tanpa ingatan atas kesalahan yang pernah ada. Sebagaimana penjelasan dalam kitab Durrāt al-Naṣihīn,
في أول ليلة يخرج المؤمن كيوم ولدته أمه
Artinya: Pada malam pertama, dosa orang mukmin (yang melakukan tarawih) akan keluar seperti ketika ibunya melahirkan dia ke dunia.
Malam pertama tarawih adalah simbol dari awal yang baru, sebuah kesempatan untuk memulai lembaran hidup yang bersih, penuh dengan potensi dan harapan. Dan dengan setiap langkah yang ringan meninggalkan masjid, setiap mukmin membawa pulang lebih dari sekadar kenangan akan salat malam; mereka membawa pulang janji akan hari esok yang lebih baik, lebih suci, dan lebih dekat kepada Sang Pencipta.
Semoga narasi ini dapat menginspirasi dan mengingatkan kita semua akan keutamaan dan fadilah salat tarawih, khususnya pada malam pertama di bulan yang penuh berkah ini. Amin.
