Beranda > Keilmuan Islam > Kerendahan Hati

Kerendahan Hati

Oleh: Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen, M.A

Source: https://sarcasel.blogspot.com/

Salah satu karakter yang mutlak diperlukan dalam bermasyarakat adalah kerendahan hati. Ia adalah karakter yang menjadikan kita sadar akan kekurangan diri dan membuat kita mampu melihat kelebihan orang lain. Kerendahan hati memudahkan kita untuk berterimakasih kepada orang lain, sekaligus menjadikan diri gampang beriterospeksi dan tidak mudah jatuh pada sikap selalu menyalahkan yang lain. Kerendahan hati menjadikan kita lebih berhati-hati dalam bersikap dan menyampaikan statemen. Kerendahan hati pula lah yang menjadikan kita gampang menerima kebenaran bahkan dari orang yang selama ini tampak membenci kita.[1]

Imam Al Ghazali, dalam bukunya Bidāyat al Hidāyat, memberi tip agar kita rendah hati dan mampu melihat orang lain dengan lebih positif. Menurutnya, kita harus mampu membisiki hati kita bahwa anak kecil tentu lebih baik dari kita karena dia belum bermaksiat, sementara kita sudah; orang tua tentu lebih baik dari kita karena dia telah beribadah sebelum kita; orang pintar tentu lebih baik dari kita karena ia mendapatkan anugerah yang tak diberikan kepada kita, ia sampai pada satu derajat yang tidak kita capai, dan ia mengatahui apa yang kita tidak tahu; dan orang bodoh tentu lebih baik dari kita karena ia bermaksiat dengan ketidak-tahuannya, sementara kita bermaksiat dilandasi oleh ilmu; bahkan orang kafir pun kita tidak tahu, mungkin suatu saat dia masuk Islam lalu husnul khatimah, sementara kita —semoga Allah melindungi kita semua— boleh jadi sebaliknya.[2]

BACA JUGA :  Ridha dan Qona'ah di Masa Pandemi*

Seorang anak pulang dari sekolah membawa cerita kepada ibunya, juga kepada ayahnya, bahwa seorang yang di-bully mungkin tidak akan lupa selama-lamanya, seperti kertas yang ditekuk-tekuk. Ia bisa saja diluruskan kembali tapi tetap menyisakan bekas-bekas yang tak bisa dipulihkan seperti semula.

Cerita ini mungkin tidak sepenuhnya benar, banyak manusia-manusia bijak yang hatinya tak mudah lusuh seperti kertas. Bahkan anak itu berandai-andai bagimana jika kertas itu disetrika, mungkin bisa lurus kembali. Akan tetapi, cerita itu tetap lah sebuah hikmah luar biasa yang sangat pantas direnungkan. Kerendahan hati tampaknya patut kita ingatkan terus menerus, agar tidak mudah merendahkan yang lain, apalagi mem-bully-nya.

BACA JUGA :  Duta Nabi dan Pandemi

Kerendahan hati inilah yang disampaikan oleh junjungan kita semua, Nabi Muhammad Saw, dan juga dipraktikkannya:

– Dari ‘Iyādh bin Ḥimār, bahwa Rasulullah Saw. mengatakan, Sesungguhnya Allah SWT. menyampaikan wahyu kepadaku, “Rendah hati lah (tāwadhu’) kamu sekalian, sehingga tidak seorang pun melakukan kezaliman terhadap orang lain, dan tidak seorang pun yang sombong atas orang lain.”[3]

– Dari Anas bin Mālik, Sesungguhnya beliau (Rasulullah Saw.) berjalan melewati anak-anak kecil, lalu menyapa mereka dengan salam. Kata Anas, Beliau (Nabi Muhammad Saw.) biasa melakukan itu.[4]

[1] Beberapa di antaranya dikutip dari Thomas Lickona, Pendidikan Karakter.
[2] Al Imām Al Ghazālī, Bidāyat al Hidāyat, bab al ‘ujb wa al kibr wa al fakhr.
[3] Al Imām Abū Dāwūd, Sunan Abī Dāwūd Bāb fī at Tawāḍu’; Al Imām Ibn Mājah, Sunan Ibn Mājah Bāb al Barāah min al Kibr wa at Tawāḍu’.
[4] Al Imām Al Bukhārī, Al Jāmi’ Aṣ Ṣaḥīḥ Bāb At Taslīm ‘alā Aṣ Ṣibyān.

Tim Multimedia PP. Al Anwar 3
Website dikelola oleh Tim Multimedia Pondok Pesantren Al Anwar 3 Sarang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *