Alhamdulillah di pagi hari ini, senin, 17 Agustus 2020 kita bisa melaksanakan penghormatan upacara kemerdekaan Republik Indonesia. Alhamdulillah, kita masih diberi kesehatan, diberi kemudahan oleh Allah Subhahu wa Taala, sehingga masih dapat melaksanakan kegiatan dengan baik. Salah satu ajaran, kita ini merayakan kemerdekaan upacara di tengah pandemi.
Saya ingin menyampaikan salah satu konsep tasawuf. Allah memberi, kita yang menyikapi. Diberi apa saja, kita yang menyikapi. Diberi apa saja, kita sikapi seperti apa. Itu sangat penting. Kita diberi kesehatan, lalu kita gunakan apa kesehatan itu. Kita diberi ujian, bagaimana kita menyikapi ujian itu. Indonesia sebagaimana negara di seluruh dunia, sedang mengalami pandemi. Salah satu doa yang saya hafal dari orang tua saya, guru kita semua yaitu Mbah Maimoen. Salah satu do’a yang saya hafal tersebut ialah, Allāhumma innā nas`aluka al-‘ilma wa al-ridlā wa al-qanā’ah wa al-ġinā. Kita minta ilmu kepada Allah Subhahu wa Taala. Ilmu ini yang mengantarkan kita menjadi tahu.
Lalu yang kedua yakni ridho. Ridho memiliki arti ridho atas apa yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita sedang diberi ujian oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Indonesia di tengah kemerdekaan ini diberi ujian oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita terima. Menerima ini bagian dari ibadah. Kita melaksanakan upacara di tengah pandemi ini juga bagian dari ibadah. Kita memakai masker itu juga bagian dari ibadah. Sebentar lagi kita akan kedatangan santri-santri baru, itu juga ibadah. Kita menghormati mereka, menerima mereka, lalu kita menerima itu dengan lapang dada, itu juga bagian ibadah. Kita punya teman satu kamar yang barangkali kurang pas, itu pemberian Allah, kita yang menyikapi.
Kita bersikap baik kepada sesama satu kamar, kalau belum baik kita akan berterima kasih. Kalau kemudian kurang baik kita berusaha menerima, mencoba untuk lebih baik bersama teman itu bagian dari ibadah. Menyikapi dengan senang dengan ridho atas apa yang diberikan Allah Allah Subhanahu wa Ta’ala itu bagian dari ibadah. Kita mengisi kemerdekaan ini penuh dengan ridha. Diberi negeri dengan kemajemukan yang luar biasa ini bagian dari ibadah. Ada muslimnya, ada Kristianinya, ada Budhanya, ada Konghucunya, ini kita terima termasuk bagian dari ibadah. Menerima dengan segalanya, mencoba untuk menjadi lebih baik, itu bagian dari ibadah. Namanya ridha.
Kemudian Qonaah.Menerima. Hampir mirip-mirip sama ridha. Kita diberi akal yang cerdas. Ada yang diberi akal kurang cerdas, ada yang diberi akal biasa-biasa saja, kita terima. Itu semua pemberian Allah Subhahu wa Taala. Kita punya fisik yang prima, itu pemberian Allah Subhahu wa Taala. Kita kadang-kadang punya fisik yang kurang prima itu juga pemberian Allah Subhahu wa Taala. Kita jaga. Itu bagian dari ibadah kepada Allah Subhahu wa Taala. Ini sengaja saya sampaikan karena di era pandemi ini, umat islam bangsa indonesaia banyak yang mengeluh atas situasi yang ada. Kalau dalam tradisi sufi, tentu mengeluh kepada Gusti Allah itu baik. Tetapi ada yang lebih baik, yaitu menerima. Ya, keadaan ini kita terima dengan senang hati, lalu kita jalani, kita mencoba sesuatu yang baik.
Ibadah seseorang itu sesuai waktunya. Waktunya menjalani pandemi, ibadahnya ya pandemi ini. Ibadah kita sesuai dengan waktunya. Waktunya pakai masker, ya ibadah kita itu pakai masker itu sendiri. Kalau kita berada di toko, ibadah kita disuruh untuk mengantri agak lebih panjang, ya itu ibadah kita sedang ada disana. Jadi salah satu konsep sufi itu, mengerti waktunya sendiri-sendiri. Waktunya untuk tidak banyak keluar, ya tidak banyak keluar. Waktunya keluar, ya keluar. Sesuai dengan waktunya.
Innā nas`aluka al-‘ilma wa al-ridlā wa al-qanā’ah kemudian wa al-ġinā. Orang yang punya ilmu, lalu punya ridha, punya qonaah, maka dia pasti akan merasa menjadi kaya. Kaya dengan keadaannya sendiri. Dan di kemerdekaan ini yang sudah bertahun-tahun, sekarang sudah 17 Agustus 2020, kita mengisi sesuai dengan waktunya, sesuai dengan eranya, sesuai dengan keadaannya, maka yang demikian ini adalah ibadah yang luar biasa. Saya kemana-mana ya pakai masker. Saya niati ibadah. Saya tidak banyak melakukan perjalanan, kalaupun iya (melakukan perjalanan) segera pulang. Mencoba untuk tidak banyak bertemu dengan orang. Mencoba untuk tidak salaman dengan orang, itu juga saya niati sebagai ibadah. Ibadah kita di negeri ini, tentu berbeda dengan ibadah di negeri lain. Kita harus mengerti waktunya.
Demikian, kita melakukan ini semua, insya’Allah kita mendapatkan pahala dari Allah Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita bisa mengisi kemerdekaan, kita berterimakasih telah diberi negeri yang luar biasa, kita bisa menjalankan dengan baik negeri ini, inysa’Allah. Dengan banyak orang yang memahami ini, akan segera terlewati dengan baik pula, menyongsong kepada al-Izzul wal muslimin.
Mari kita berdoa bersama, semoga kita mendapatkan ilmu, mendapatkan taufik, mendapatkan hidayah, agar umat Islam di Indonesia menemukan cearanya hidup beragama dan bernegara dengan baik, semoga bangsa indonesia bisa melewati masa-masa yang sulit ini. Āmīn, al-Fātiḥah.
Wallahu ‘alam.
*Dikutip dari amanat upacara K.H. Abdul Ghofur Maimoen dalam upacara HUT ke-75 Republik Indonesia di Pondok Pesantren Al-Anwar 3.