Beranda > Keilmuan Islam > Dahsyatnya Nabi Kita

Dahsyatnya Nabi Kita

Seperti yang telah kita ketahui, bulan Rajab salah satu bulan diantara bulan-bulan yang dimuliakan Allah. Fenomena yang langka terjadi dalam bulan ini. Satu-satunya fenomena dalam sejarah hidup manusia dan belum pernah dilakukan oleh siapapun kecuali dan hanya junjungan agung Nabi Muhammad Salla Allah ‘Alaihi wa Sallam, yakni peristiwa Isra’ Mi’raj bertepatan pada malam senin, 27 Rajab 1 tahun sebelum hijrah.

Isra’ adalah perjalanan Rasul dari masjid al-Haram-Makkah ke masjid al-Aqsa Palestina menaiki Buraq, dalam waktu satu malam. Buraq adalah hewan yang berwarna putih lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighāl (anak persilangan kuda dan keledai) alas kakinya memakai kuda-kuda (sepatu kuda). Kendaraan ini hanya di pakai oleh Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi wa Sallam. Para nabi sebelum Beliau sama sekali tidak pernah menggunakannya., ini merupakan kekhususan bagi Rasulullah Salla Allah ‘Alaihi wa Sallam.

Mi’raj adalah kenaikan Rasul dari masjid al-Aqsa ke langit tertinggi hingga sidrat al-muntahā. Peristiwa Isra’ Mi’raj berselang 4 atau 3 jam, atau bisa lebih cepat dari itu, dalam satu riwayat, saat Rasul pulang Sayyidah Khadijah masih berbaring dalam posisi semula.

 

Ka’bah atau Masjid al-Haram adalah bangunan pertama yang dibangun di atas bumi, sedangkan masjid al-Aqsa adalah bangunan ke dua yang di ciptakan di atas bumi jangka waktu antara penciptaan keduannya adalah 40 tahun. Kejadian Rasul merupakan fakta yang Allah abadikan dalam al-Quran:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ ﴿الإسراء: ١﴾

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke masjid Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (al-Isra: 01)

Panggilan ‘Abd merupakan panggilan yang paling mulia, Allah menyebut nabi Muhammad Salla Allah ‘Alaihi wa Sallam dengan sebutan ‘Abd dalam 4 tempat: a) maqam tanzil (al-Kahfi: 1), b) maqam da’wah (al-Jin: 19), c) maqam tantangan kepada orang kafir (al-Baqarah: 23), d) maqam al-isrā’ (al-Isrā: 01). Penyebutan ‘Abd juga sebagai pengingat bahwa derajat Rasulullah naik dari maqam ‘ubūdiyyah ke maqam ilāhiyyah. Dalam hal kepribadian, Beliau tidak ingin dipuji berlebihan hingga melewati batas.

Dalam satu hadis diriwayatkan:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، سَمِعَ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ عَلَى المِنْبَرِ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «لاَ تُطْرُونِي، كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُولُوا عَبْدُ اللَّهِ، وَرَسُولُهُ» (رواه البخاري)

BACA JUGA :  التعليم على الإنترنيت في فترة الوباء: هل هو الحل أو إدراك الطموح ؟

Dari sahabat Ibnu Abbas, Beliau mendengar Sayyiduna Umar Raḍiya Allah ‘Anhu berkata diatas mimbar, ‘Aku mendengar Nabi Salla Allah ‘Alaihi wa Sallam bersabda’, ‘Janaganlah kalian menyanjungku sebagaimana orang Nasrani menyanjung Isa bin Maryam, sesungguhnya aku adalah hamba Allah, maka katakan (aku) adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” (H.R. Imam Bukhori)

Peristiwa Isra’ Mi’raj ini juga memiliki hikmah bagi Rasul sendiri, dari mulai hilangnya kesakitan dalam hati, kesedihan, keterharuan, dan ketakutan, karena peristiwa ini terjadi pasca wafatnya Abu Thalib (paman Rasul), ibunda Beliau Sayyidah Aminah, perjalanan ke Thoif yang menyusahkan Rasul atas penolakan penduduk hingga Beliau di lempari batu. Juga agar hati Rasul kembali teguh, karena Allah selalu menolong orang-orang mukmin dan takan sepi dari hati mereka.

Isra’ Mi’raj ini merupakan kedasyatan yang luar biasa karena Rasul melakukannya dalam keadaan terjaga lengkap dengan jasad dan ruh Beliau, dengan bukti dalam ayat menggunakan lafadz بِعَبْدِهِ yang namanya ‘Abd itu terdiri dari ruh dan jasad, dan pandangan Nabi pun dalam keadaan terjaga, dalam ayat lain disebutkan: مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ ﴿النجم: ١٧﴾Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.”. Perlu diingat bahwa, penglihatan itu adanya pada jasad. Ini menunjukan bukti bahwa jasad Beliau menjalankan Isra’ Mi’raj.

 

Tatkala Rasul sampai ke masjid al-Aqsa, Beliau mengikat Buraq pada tali yang para Anbiya juga mengikatkan kendaraan mereka di situ, setelah Beliau shalat 2 rakaat tahiyyat al-masjid kemudian terdiam sejenak. Beliau dan malaikat jibril melihat masjid penuh, mulai dari para Nabi, Rasul, Malaikat, Manusia, dan para Jin. Kemudian Jibril iqamat dan mempersilahkan Rasul untuk mengimami, akhirnya Beliau sholat 2 rakaat menjadi imam bersama mereka semua.

Pasca sholat dan keluar dari masjid, malikat Jibril menawarkan dua tempat minuman, yakni susu dan arak, dan Beliau (Rasul) memilih susu, lalu malaikat Jibril berkata, “Anda memilih kesucian”. Lantas naiklah Beliau ke langit, di samping kanan Beliau malaikat Jibril dan Mikail di sebelah kiri, mereka naik ke langit yang paling tinggi dan setiap langit di jaga oleh para nabi, tatkala sampai di langit pertama, mereka bertemu Nabi Adam ‘alaihi al-salām, di langit ke dua, bertemu Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya ‘alaihimā al-salām, di langit ke tiga bertemu Nabi Yusuf ‘alaihi al-salām, di langit ke empat bertemu Nabi Idris alaihi al-salām, di langit ke lima, bertemu Nabi Harun alaihi al-salām, di langit ke enam bertemu Nabi Musa alaihi al-salām, di langit ke tujuh, bertemu Nabi Ibrahim alaihi al-salām. Semua nabi mempersilahkan Rasulullah dan mendoakan kebaikan.

BACA JUGA :  PERDAGANGAN GINJAL DAN SERANGAN FAJAR DALAM KONTEKS PEMILU

Tatkala sampai di sidrat al-muntahā, Rasul melihat daun sebesar telinga gajah, buahnya bagaikan anggur. Tak ada seorang pun yang bisa menggambarkan keindahannya. Rasul seketika sujud kepada Allah dengan sujud penghormatan, memuliakan, dan syukur. Allah berdialog tatkala Rasul sujud, lalu Rasul menjawab, “Bagaimana wahai Tuhanku” dan terjadilah dialog.

Hemat penulis, Beliau mendapat perintah shalat fardlu 50 kali, ketika Rasul turun dan bertemu nabi Musa alaihi al-salām, Beliau (nabi Musa) bertanya, ‘Apa yang Allah wajibkan atas umatmu?”, Rasul menjawab, “Shalat 50 kali sehari semalam.”, nabi Musa berkata, “Kembalilah pada Allah, dan mintalah keringanan. Karena umatmu takan mampu” lalu Rasul kembali ke sidrat al-muntahā. Hingga kejadian itu diulangi berkali-kali setiap Rasul kembali, perintah sholat dikurangi 5 kali, hingga akhirnya Allah mewajibkan 5 kali dalam sehari semalam, atas umat Beliau.

Setiap satu shalat sama pahalanya dengan 10 kali, jika dikalkulasi jumlahnya 50 kali, dengan ini, firman-Ku tidak bisa dirubah dan catatan-Ku juga sama. Barang siapa yang hendak berbuat baik dan tidak bisa mengamalkannya, maka mendapat satu kebaikan, jika ia mengerjakannya, maka di tulis 10 kebaikian, barang siapa yang ingin berbuat buruk dan tidak melakukakannya maka dicatat tidak melakukan apapun, jika melakukannya maka dicatat satu keburukan.”

 

Kemudian Rasul pun kembali ke bumi, dan menurut riwayat lain, keadaan tempat tidur Beliau belum terasa dingin dari bekas tidur Beliau. Ini menunjukan betapa cepatnya perjalanan Beliau.

Dalam segi hukum menurut Syaikh Ibrahim al-Baijuri, Isra’ telah di tetapkan dalam al-Quran, hadis dan ijma’ para Ulama. Barang siapa yang mengingkarinya maka ia kufur. Adapun Mi’raj tertera dalam hadis yang masyhur, barang siapa yang mengingkarinya, maka dia fasik. Pada malam selasa 02 April 2019 M./27 Rajab 1440 H. tepat terjadinya Isra Mi’raj Rasulullah Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam, maka hendaknya kita perbanyak shalawat agar kelak mendapat syafa’at Beliau yang disebut al-syafā’at al-‘udzmā.

كُلُّنَا نُصَلِّي ونُسَلَّمُ عَلى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ

والله أعلم

***

Ditulis oleh: Kamar 14

 

Tim Multimedia PP. Al Anwar 3
Website dikelola oleh Tim Multimedia Pondok Pesantren Al Anwar 3 Sarang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *