PP. Al Anwar 3 sukses menggelar acara “Taaruf Santri” pada Kamis (08/09/22) yang bertempat di halaman pondok. Acara yang berlangsung malam hari ini melibatkan pengasuh, pengurus pondok, ustadz-ustadzah, tak terkecuali seluruh santri Al-Anwar 3 putra maupun putri.
Agar bisa saling mengenal, panitia mengkonsep acara dengan menugaskan perwakilan santri lama dan baru untuk memberi sambutan. Di tengah sambutannya, perwakilan santri lama A. Farkhan Ramadhan mengajak santri baru untuk belajar dengan maksimal.
“Seperti dawuh pengasuh kita (pemberian terbaik orang tua untuk anaknya adalah pendidikan/red). Oleh karena itu, mari kita maksimalkan untuk belajar di pondok ini,” ajak Farkhan.
Sama halnya dengan perwakilan santri baru, M. Irfan juga mengajak para santri agar meluruskan niat dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Dia juga sedikit bercerita alasannya memilih mondok. “Untuk kita semua, yang semula mempunyai niatan yang tidak baik dalam mondok. Maka ubahlah dan luruskan niat itu, niatkan kembali untuk tolabul ilmi dengan ikhlas,” harap santri asal Madura.
“Begitu pun dengan saya, alasan yang mendasari saya mondok, dulu karena menghindar dari perjodohan dini,” tambahnya diiringi gelak tawa santri putri.
Seperti di acara ta’aruf tahun-tahun sebelumnya, acara pamungkas diisi dengan mauidzah hasanah dari pengasuh. Pengasuh Al Anwar 3, Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen, M.A., memberi pencerahan dengan menyemangati para santri agar menjadi seorang umat yang berilmu.
“Nabi Muhammad SAW sangat menginginkan agar umatnya menjadi orang yang berilmu (alim),” ungkap Gus Ghofur.
Beliau Gus Ghofur juga mengaitkannya dengan kisah Rasulullah yang mendapat teguran dari Allah SWT karena mengabaikan perkataan seorang sahabat yang buta kala itu.
“Dulu Rasulullah SAW pernah ditegur oleh Allah dengan diturunkannya surah ‘Abasa. Rasul ditegur karena mengabaikan perkataan sahabat Abdullah Ummi Maktum yang buta karena lebih mementingkan mendakwahi orang-orang elite Arab (pemuka Quraisy) agar masuk Islam,” tambah Beliau.
“Islam tidak mengajarkan jalan pintas. Lebih baik mengajarnya dari nol sampai menjadi berilmu, tapi dari kalangan kita sendiri (Islam). Daripada mengambil orang pintar langsung tapi dari kalangan lain,” jelasnya.