Beranda > Keilmuan Islam > Santri Membangun Negeri

Santri Membangun Negeri

membangun

Santri adalah seseorang yang belajar kepada kiai dan menjadikannya tidak saja sebagai rujukan dalam ilmu-ilmu agama, tapi juga panutan dalam spiritual. Bagi seorang santri, hubungan dia dengan gurunya menjadi titik krusial, hal yang membedakan dirinya dari pelajar-pelajar lain yang hubungannya dengan sang guru hanya berkaitan dengan transfer keilmuan. Para sahabat sejatinya adalah santri, akan tetapi status “sahabat” telah jauh melampaui status “santri”, sehingga tak perlu menyebut santri untuk mereka. Sama seperti status “nabi dan rasul” yang jauh melampaui status kiai, bahkan sejatinya kiai itu ada karena memiliki contoh Nabi Muhammad Saw.

Nabi Muhammad Saw. pada awal-awal dakwah di Makkah menjadikan rumah muridnya, Al Arqam bin Abī Al Arqam, sebagai rumah dakwah. Nama pemiliknya diabadikan dalam nama “Dār al Arqam”. Di rumah inilah, Baginda Rasul mendidik sahabat-sahabatnya dan membicarakan dakwah Islam bersama-sama. Ia dipilih sebagai rumah dakwah karena cukup tersembunyi di bukit Shafa, dan karena letaknya yang dekat dengan Ka’bah. Ia hanya berjarak sekitar 130 Meter darinya. Di rumah ini, lahir tokoh-tokoh besar dari kalangan Sahabat, seperti Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Umar bin Khaththab, Hamzah, Abu Ubaidah bin al Jarrāh, Abdullah bin Mas’ud, dan Az Zubair bin Al ‘Awwām. Rasanya tak terlalu mengada-ngada jika kita menyebutnya sebagai Pesantren Makkah.

Setelah hijrah, salah satu prioritas Nabi Muhammad Saw. adalah membangun masjid. Bahkan beliau lebih dahulu membangun masjid daripada rumahnya sendiri. Al Balāżuriy dalam Futūḥ al Buldān (hal.16, Maktabah Syāmilah) mengatakan, “Beliau tinggal di rumah Abū Ayyūb Al Anṣāriy selama tujuh bulan.” Selain tempat ibadah, masjid memiliki fungsi-fungsi lain, di antara yang sangat penting adalah funsginya sebagai tempat mengaji. Para sahabat yang belum memiliki rumah dipersilahkan untuk tinggal di masjid. Banyak di antaranya memang dengan sengaja memilih tinggal di sana untuk mengaji kepada Baginda Rasul Saw. Mereka ini dikenal dengan Aṣḥāb Aṣ-Ṣuffah. Dalam bahasa kita, mungkin tidak berlebihan jika kita menyebutnya sebagai santri-santri Rasulullah Saw. Tapi sekali lagi, status sahabat telah melampauinya, sehingga tak diperlukan nama lain di luar nama sahabat. Rasanya juga tak mengada-ngada kalau Aṣ-Ṣuffah ini kita sebut sebagai Pesantren Madinah.

BACA JUGA :  Tauladan Hamba dalam Diri Ummu Mihjan

Nabi Muhammad dan para sahabat yang merupakan santri-santrinya berhasil mendirikan Negara di Madinah. Al Khulafā ar Rāsyidūn yang meneruskan kepemimpinan negara setelah Baginda Rasul Saw. wafat adalah santri-santri, baik di Pondok Makkah maupun di Pondok Madinah. Negara di Madinah itu benar-benar negara yang dibangun oleh santri dan dipimpin oleh santri pula. Tentu saja, ini bukan satu-satunya ruang bagi para sahabat—yang juga adalah santri-santri—untuk berperan. Mayoritas dari mereka justru kembali ke masyarakat, untuk menjadi teladan, guru, teman dan anggota masyarakat pada umumnya

Kiai Maimoen Zubair dalam bukunya, At Tarājim (hal.3), mengatakan, “Pesantren pertama di Pulau Jawa adalah Pesantren Ampeldenta, asuahan Sunan Ampel.” Sunan Ampel sendiri adalah yang tertua di antara Wali Songo lainnya. Ia adalah orang Champa (wilayah di Kamboja sekarang) yang datang ke Nusantara bersama Ali Musada, saudaranya, dan Raden Burereh, sepupunya. Mula-mula ia tinggal di Tuban beberapa waktu, lalu menuju ke Majapahit dan tinggal di sana. Bibinya, saudari ibunya, adalah istri dari Raja Majapahit. Dari Majapahit ia lalu pindah ke Surabaya dan diangkat oleh kerajaan menjadi imam.  Di Surabaya inilah, ia mendirikan pondok untuk mencetak kader-kader dakwah di bumi Nusantara. Di antara murid-muridnya yang sangat berpengaruh adalah Sunan Bonang, Sunan Giri, Raden  Patah, Sunan Drajat, dan Maulana Ishak.

Santri-santri Pondok Ampeldeta—bersama santri-santri yang lain dan juga berbagai elemen di tengah masyarakat—berhasil mendirikan Kerajaan Demak dan Kerajaan Giri Kedaton. Keberhasilan santri-santri nusantara ini tentu tidak sesuatu yang istimewa dalam sejarah santri. Sebelumnya, telah lahir tokoh-tokoh santri yang telah berhasil dalam berjuang di kekuasaan negara. Kita bisa menyebut Umar bin Abdul Aziz yang sebelum menjadi penguasa adalah santri di Madinah, juga Generasi santri-santri Syekh Abdul Qadir Al Jailani dan Imam Al Ghazali yang berhasil dalam menyokong Sultan Salahuddin Al Ayyubbi dalam membebaskan Al Quds dari tentara Salib.**

BACA JUGA :  Kalau Pengen Niru Mbah Moen, Harus Lebih dari Beliau

Nusantara moderen yang melahirkan Republik Indonesia juga tak jauh-jauh dari peran para santri. Pangeran Diponegoro, misalnya, yang memimpin Perang Jawa atau Perang Diponegoro melawan penjajahan Belanda adalah pangeran yang santri. Perang yang berlangsung selama lima tahun (1825—1830) ini telah mengorbankan 200 ribu jiwa penduduk pribumi. Setelah dia diasingkan di Sulawesi, sejumlah santrinya meneruskan perjuangan melawan Belanda dengan mendirikan pesantren-pesanten. Menurut cerita-ceritai dari sesepuh, di antaranya adalah Pesantren Sarang. Di kemudian hari, sejumlah cucu santri dari Pengeran Diponegoro ini banyak berperan—bahkan yang memimpin—dalam lahirnya Revolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional.

Alhamdulillah, Oktober lalu saya dan istri ikut merayakan Hari Santri di sejumlah tempat. Kami merayakannya di Pondok kami, Al Anwar 3, bersama santri-santri Mahasiswa STAI Al Anwar; di Sumenep Madura bersama santri-santri dan masyarakat NU dalam acara Maulid Nabi dan Istighatsah yang diselenggarakan oleh PCNU Sumenep; dan di Pondok Salafiyah Parappe Sulawesi Barat, asuhan Gurutta Abdul Lathif Busyro, dalam acara sosialisasi UU Pesantren bekerjasama dengan Majelis Masyayikh.

Semoga santri-santri lebih berperan di negeri yang salah satu pendiri utamanya adalah para santri ini.

Abu Dhabi, 7 November 2023.

** Sangat berharap Filestina segera mendapatkan kemerdekaannya dari Si Penjajah

Tim Multimedia PP. Al Anwar 3
Website dikelola oleh Tim Multimedia Pondok Pesantren Al Anwar 3 Sarang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *