Beranda > Seputar Pondok > Kalau Pengen Niru Mbah Moen, Harus Lebih dari Beliau

Kalau Pengen Niru Mbah Moen, Harus Lebih dari Beliau

Meneladani Keilmuan Mbah Moen 

Sarang – Ratusan santri Pondok Pesantren Al-Anwar 3 malam (16/9) meghadiri kegiatan Malam Ta’aruf Al-Anwar 3. Untuk kali pertama kagiatan ini digabung dengan Studim General kampus. Para santri mengenakan masker dan beseragam putih. Kegiatan ini disiarkan di kanal You Tube PP. Al-Anwar 3 dan STAI Al-Anwar.

Kegiatan Malam Ta’aruf itu merupakan bagian dari kegiatan yang diterapkan Pondok Al-Anwar 3 setiap awal tahun ajaran baru. Para santri diajak untuk mengenal pondok lebih detail, memotivasi dengan mauidah hasanah, serta pelantikan kepengurusan yang baru.

Dalam acara ini mengangkat tema “Menjadi Santri Mbah Moen di Al-Anwar 3”. Hadir para narasumber yang sangat kredibel yakni Wakil Gubernur Jawa Tengah K.H. Taj Yasin Maimun, Pembina Al-Anwar 3 K.H. Muhammad Idror, serta K.H. Ahmad Baha’uddin. Acara rileks dengan pembawaan yang sarat kekeluargaan.

“Kita menghadirkan Mbah Moen di hati, kalau menghadirkan Gus Baha’ di You Tube,” canda K.H. Aminoto Sa’dullah selaku moderator.

BACA JUGA :  Kiat Pondok Al-Anwar 3 Cegah Covid-19; Pengadaan Wastafel Hingga Pemberian Madu ke Setiap Kamar

Pada kesempatan berbicara Gus Baha’ menimpali Mbah Amin-Sapaan K.H. Aminoto Sa’dullah-, “Sama-sama menggemparkan, kalau dulu Gus Ghofur dengan tesis cumlaud-nya, kalau Mbah Amin ini malah nguculi wedus neng Musalla,” candanya disambut tawa para santri.

Dalam 3 sesi masing-masing narasumber memaparkan bagaimana dulu Mbah Moen mendidik. Gus Yasin –sapaan K.H. Taj Yasin- memaparkan bagaimana menjadi pelayan masyarakat, “Dulu Mbah Moen ketika mondok di Lirboyo juga menjadi abdi Ndalem,” jelasnya.

 

Dalam pemaparannya, Gus Iid –Sapaan K.H. Muhammad Idror- menyampaikan tauladan dari Mbah Moen. Diantaranya semangat dalam belajar. “Dulu ketika di Makkah, Abah melihat buku dibaca 10 menit. Beliau selalu asyik membaca,” ungkapnya.

Selain itu, jelas Gus Iid, Mbah Moen produktif dalam menulis. Mbah Moen aktif dalam mengelola masjid Jami’ bersama Kiai Musa. Sering juga membuat khutbah jum’at dalam bahsa Arab. “Tahu-tahu karangannya sudah banyak,” paparnya.

Gus Iid juga menambahkan bahwa Mbah Moen mencontohkan untuk menghidupkan kegiatan di Musalla 5 waktu dengan mengaji. Dalam mengaji ada dimana guru menjadi guru futuh. Adapun guru futuh Mbah Moen yakni Mbah Zubair. “Kalau di Al-Anwar 3 mengaji yang utama ke Gus Ghofur,” imbuhnya.

BACA JUGA :  Peran Santri Diukur Lima sampai Sepuluh Tahun ke Depan

Gus Iid juga memotivasi para santri dalam meneladani Mbah Moen. Kalau ingin meniru Mbah Moen, harus lebih dari beliau. “(Kalian) harus lebih pintar dari kami,” pungkasnya.

Gus Baha’ –sapaan K.H. Ahmad Baha’uddin Nur Salim menerangkan barokahnya Mbah Moen dalam berbangsa. Hal ini terlihat dari karya Al-Ulama Al-Mujaddidun ditujukan kepada siapa. Jihad di Indonsia yakni mempertahankan supaya sholat itu sesuatu yang indah.

Berbagai instansi Negara berlomba membuat masjid untuk komunitas menjadi ukuran. Sampai pada pernyataan jika ada bupati yang tidak sholat maka tidak dipilih. Artinya hal buruk dalam agama juga buruk dalam dunia politik. “(Hal ini terjadi) Tanpa bikin kayak negara Islam. Kurang apanya coba?” jelasnya. (*)

Tim Multimedia PP. Al Anwar 3
Website dikelola oleh Tim Multimedia Pondok Pesantren Al Anwar 3 Sarang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *