Beranda > Seputar Pondok > Stadium General Ulas Masalah Kontemporer Umat Islam Bersama Dr. Sulaiman Hasan

Stadium General Ulas Masalah Kontemporer Umat Islam Bersama Dr. Sulaiman Hasan

muhadharah illmiah stai al anwar sarang

Sarang – Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas keilmuan dan wawasan mahasiswa adalah mengadakan Stadium General. Kegiatan tersebut diadakan pada hari Selasa, 26 November 2019 di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Anwar Sarang. Acara kali ini dihadiri oleh Dr. Sulaiman Hasan Sulaiman dari Libya dan diikuti seluruh mahasiswa.

Suasana kuliah umum dengan tema “Islam dan Masalah Kontemporer” menjadi lebih menarik karena narasumber menyampaikan materi dengan menggunakan bahasa Arab. Bertindak sebagai moderator sekaligus penerjemah adalah Bapak Luthfil Anshori, Lc.

Opening Statement yang disampaikan pemateri sangat menarik, karena pemateri menyampaikan dengan bahasa Indonesia. Beliau meyakini bahwa suatu saat peradaban Islam akan muncul di Indonesia.

 

Menurut Dr. Sulaiman, sekarang sudah masuk di era perkembangan ilmu pengetahuan, era industry 4.0. Sehingga harus bisa beradaptasi dengan segala perkembangan yang ada di masa kini. Oleh karena itu, perlu untuk mengembangkan dan memiliki paradigma baru tentang cara untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan yang ada.

Terkait dengan masalah atau problem kontemporer yang dihadapi oleh umat Islam saat ini, banyak tuduhan-tuduhan negatif bahwa umat Islam itu identik dengan kekerasan, kemunduran, terorisme, dan lain sebagainya. Maka kita sebagai umat Islam harus menjawab itu semua dengan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan kita.

Beliau mulai menguraikan problem kontemporer dengan membahas tentang kemajuan dan kemunduran yang dihadapi umat Islam saat ini. Bahwa sebetulnya segala bentuk kemajuan dan kemunduran yang ada di dunia itu semua ada dalam agama Islam. Misalnya tentang hak asasi manusia, civil society dan lain-lain, ini semua sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW., ketika beliau mendirikan negara Madinah. Yang mana di Negara itu tinggal berbagai banyak orang, dari berbagai agama, ras, suku, dan budaya. Tapi mereka mempunyai kebebasan dalam beragama. Selain itu, Rasulullah telah memberikan contoh setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap negaranya tanpa membeda-bedakan suku, ras, dan agamanya.

BACA JUGA :  Tantangan Pesantren dan Nasionalisme

Dengan adanya Piagam Madinah kemudian menjadi dokumen penting yang memberikan gambaran kepada kita tentang bagaimana Rasulullah membuat konsep sebuah negara yang saling menghormati dan menjaga persamaan hak dan kewajiban antar warga negara. Dr. Sulaiman menyebut sebuah istilah المشاركة السياسية, bahwa dalam urusan politik tidak bisa hanya dikuasi oleh satu orang atau satu kelompok. Islam tidak membenarkan adanya kepemimpinan dictator. المشاركة السياسية ini meniscayakan adanya sinergi atau peran bersama antar seluruh elemen yang ada di masyarakat untuk membangun sebuah negara.

 

Berbicara tentang peradaban Islam yang dibangun oleh Rasulullah betul-betul merupakan peradaban yang unggul. Selain berstatus sebagai nabi, Rasulullah juga sebagai Rois Daulah. Rasulullah juga merupakan pemimpin terpilih yang dipilih oleh masyarakat. Zaman dahulu, di Arab ada sistem kastanisasi yang membedakan antara yang pejabat dan masyarakat biasa. Kemudian Islam datang dengan membawa konsep al-Musawa (persamaan) hak antar semua orang.

BACA JUGA :  Peringati Nuzulul Qur`an: Gus Qayyum Ajak Santri Al-Anwar 3 Manfaatkan Waktu Sebaik-baiknya

Kemudian terkait dengan problem keadilan dan humanisme bahwa negara barat mengklaim sebagai pencetus yang menyerukan prinsip-prinsip tersebut. Akan tetapi, sesungguhnya dalam ajaran Islam sudah ada sejak 14 abad yang lalu yang terkandung dalam al-Qur`an. Berbagai peperangan yang terjadi di dunia sebenarnya berasal dari barat. Oleh karena itu, sebagai umat Islam nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur`an dan syariat Islam yang harus dihidupkan kembali.

Selanjutnya Dr. Sulaiman memaparkan problem membeda-mebedakan ras, suku dan budaya. Problem semacam ini pernah terjadi di barat bahwa orang yang berkulit hitam tidak boleh duduk berdampingan dengan orang yang berkulit putih, begitupun sebaliknya. Prinsip-prinsip tidak boleh membeda-bedakan ras, suku, dan budaya sudah dibawa oleh Rasulullah. Bahkan, ketika Rasulullah sedang menyampaikan khutbah di peristiwa haji Wada’ bahwa tidak ada yang bisa dibanggakan. Orang Indonesia lebih bangga dari orang Arab, orang kulit putih lebih bangga dari orang kulit hitam, begitupun sebaliknya. Rasulullah sudah menanamkan prinsip-prinsip itu sejak masa kenabian.

Kesimpulan dari semuanya bahwa Islam sebagai agama sudah betul-betul mengajarkan pada umatnya tentang segala nilai-nilai kemanusiaan, kemuliaan, akhlak sehingga kita harus memahami dan menghadirkannya lagi di tengah-tengah masyarakat.

Penyerahan kenang-kenang kepada Dr. Sulaiman
Penyerahan kenang-kenangan kepada Dr. Sulaiman

Setelah usai acara tersebut, pihak Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Anwar memberikan kenang-kenangan kepada Dr. Sulaiman. Kenang-kenangan tersebut diserahkan langsung oleh Bapak Dr. Ridlwan Hambali. Selanjutnya, para tamu dan dosen melaksanakan ramah tamah bersama. (FR)

Fahrur Razi
Santri aktif pondok pesantren Al Anwar 3

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *