Beranda > Keilmuan Islam > Berbuat Baik dengan SOP Terbaik

Berbuat Baik dengan SOP Terbaik

Manusia hari ini sebaiknya berbuat baik dengan standart Operasional Prosedure (SOP) yang baik pula. Semua akan menjadi baik jika mengikutinya.

Diantaranya, meninggalkan kebiasaan buruk di Indonesia saat berkendara seperti membuang sampah lewat jendela mobil. Ketika akan membuang, jendela dibuka sedikit kemudian sampah kecil itu dibuang. SOP kami harus menunggu sampai ada tempat sampah, baru kemudian dibuang di tempat semestinya.

Di perpustakaan kalau membawa makanan dan setelah itu bungkus menjadi sampah, SOP-nya harus dibuang juga semestinya, karena kita paling berhak meletakannya di tempat sampah. Kalau tidak ikut membersihkan, maka tidak mengotori.

Dua kali menjalankan ibadah umrah dua kali pula sandal hilang, tidak mencari mencari sandal lain. SOP-nya tidak mengambil hak orang lain dan mencoba lebih baik.

Sebelum pergi untuk umrah, riwa riwi ke berbagai daerah. Tatkala Umrah kondisi badan tidak fit. Kala itu isu korona belum mewabah. Saat itu juga, suara sudah tidak keluar. Sampai di Indonesia isu korona sudah besar. Setelahnya sudah ada jadwal, pasca umrah langung pergi ke daerah yang telah terjadwal.

Saya fikir ini kalau ada yang sakit kemudian salaman dengan saya, timbul masalah. Tetapi yang bermasalah lagi kalau saya yang sakit. Saya menulari banyak orang. Karena memang begitu datang di tempat, berjabat tangan dengan orang yang banyak sekali.

Kemudian saya menetapkan diri periksa. Saya siap mengikuti prosedur yang ada seperti dikarantina dan lain sebagainya. Alhamdulillah hasil dari periksa mengatakan jika saya sehat. Kita berusaha untuk baik.

BACA JUGA :  Semut dan Jago Sebagai Simbol Kekuatan Sosial

 

Tatkala mencium anak saya, juga takut karena isu korona. Momentum dibalik tidak keluar selama 14 hari dimanfaatkan kumpul dengan anak-anak. Beberapa hari lalu tatkala sebelum ada isu korona, kemudian pergi ke suatu daerah anak-anak bertanya, “Kok perga-pergi?” Saya ingin mengatur jadwal yang lebih baik. Setelah beberapa hari di rumah. Yang dirasakan minimal kehangatan dengan anak-anak. Mereka senang sekali. Kembali kepada momentum hidup agar hidup lebih baik.

Besok kita tetap melaksankan sholat jum’at, karena tidak begitu bermasalah di Sarang. Di Jakarta sudah diumumkan untuk tidak melaksankannya barangkali sangat genting. Biasanya kalau sholat jum’at, saya membawa sajadah sendiri. Kalau mendapat tempat sajadah tidak digelar, cukup menggunakan sajadah masjid. Hal ini dikarenakan orang tak berani merapat. Kecuali tidak dapat mendapatkan tempat, baru kemudian memakai sajadah. Besok kita pakai sajadah. Renggang-renggang tidak masalah. Kita sebisa yang kita lakukan, lalu pasrah kepada Allah.

Berjaga-jaga juga bagian dari ibadah. Apapun hal yang baik bernilai ibadah. Menjalani hidup yang benar dan pas. Jika saatnya diperintahkan hati-hati, justru nilai ibadah yakni hati-hati itu sendiri. Pemeintah mengintruksikan mencopot karpet sholat sebagai wujud hati-hati, maka dilaksanakan. Kadang kita keliru. Malah menantang. Padahal sama-sama menjalani hidup. Hal ini karena orang memiliki pemikiran berbeda-beda.

 

Saya berpedoman I’qilha thumma twakkal ila Allāh. Kalau ada unta diikat, baru ditinggal. Apa yang terjadi tetap tawakkal karena sudah berusaha. Tidak perlu takut dan berusaha untuk tidak takut. Menjalani hidup dengan biasa. Kita punya Allah dan sudah menjalani SOP.

BACA JUGA :  Rembulan Memeluk Malam Akhir Dzul Qa'dah

Jangan lupa membaca al-Qur’an. Juga bacaan lain seperti likhamsatun uṭfī fīha, shalawat Ṭibbil Qulūb dibaca pada waktu menjelang sholat dzuhur, asar, dan maghrib. Pujian2 menjelang sholat. Yang disarankan kita ikuti.

Ada bacaan yang diwajibkan untuk diri sendiri yakni membaca al-Qur’an. Santri yang memiliki kewajiban menghafal juz 30, 1, maupun juz 2. Bukan apaapa, karena kita punya tugas untuk menghafal al-Quran di bagian tersebut. Semoga Allah menyelamatkan umat manusia.

Saya kira waktu ini adalah momentum yang baik. Pandemi ini diprediksi berakhir pada pertengahan sampai akhir april. Poin plusnya di Indonesia terjadi lebih akhir. Maka dari itu sudah banyak orang memikirkan. Seperti kala awal terjadi di China, masih menyesuaikan. Semoga telah banyak ditemukan vaksin. Sedih, karena nantinya bukan orang Islam yang menemukan vaksin. Di Indonesia, terjadi saling hujat antar golongan. Terjadi saling tuduh. Si A dituduh tidak punya tawakkal. Si B ke-tawakkalen, terlalu tawakkal. Cara mendidik oleh pemimpin Indonesia sulit sekal karena umat di Indonesia sangat berbeda. Mungkin peringatan agar Indonesia bersatu. Berdoa semoga yang menmukan vaksin orang Islam. Permasalahan akan tetap berlanjut vaksinnya berbau babi. Tambah pusing.

Tidak baik bergaduh-gaduh karena konsentrasi untuk maju menjadi berat.

 

Disarikan oleh M. Rifqi Maulana dari Mauidah Hasanah Babah pada Kamis malam jum’at, 19 Maret 2020 setelah pembacaan Maulid al-Barzanjī di Musalla Pondok Al-Anwar 3 Putera.

Tim Multimedia PP. Al Anwar 3
Website dikelola oleh Tim Multimedia Pondok Pesantren Al Anwar 3 Sarang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *