Sarang, ppalanwar3.com
Isrā Mi’rāj kembali dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Anwar 3 Sarang dengan dihadiri KH. Abdul Ghofur Maimoen, KH. Abdul Ra’uf Maimoen, KH. Idror Maimoen, jajaran penasihat, pengurus, dan para santri Pondok Pesantren Al-Anwar 3. (2/01/2025).
M. Farhan Ramadhan selaku ketua Pesantren Al-Anwar 3 putra dalam sambutannya menyampaikan bahwa Isrā Mi’rāj mengajarkan kepada kita tentang sebuah perjuangan yang dianalogikan dengan cerita Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam sebelum diberikan kebahagiaan harus melewati berbagai kesedihan terlebih dahulu. Mulai dari meninggalnya Abū Tholib dan Sayyidatina Khodijah sampai saat dakwah ke Thoif diperlakukan dengan tidak semestinya. Kemudian Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam di Isrā-kan oleh Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Hal tersebut menunjukan bahwa kesuksesan itu berawal dari kesedihan atau kesusahan terlebih dahulu. Disaat ada kesusahan pasti ada kemudahan.
Selain itu, peristiwa Isrā Mi’rāj juga hanya terjadi pada Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam Isrā Mi’rāj dan hadiah istimewa dari peristiwa tersebut yaitu salat 5 waktu.
“Yang terpenting dari peristiwa Isrā Mi’rāj itu adalah ketika Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam Isrā Mi’rāj, pulang membawa salat 5 waktu. Dari 50 jadi 5. Nabi mendapatkan hadiah salat 5 waktu. Lalu disampaikan kepada umatnya, sejak saat itu umat Islam mengenal salat 5 waktu. Ini salah satu fondasi penting di dalam ajarannya Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam.” dawuh Babah Ghofur Maimoen di awal sambutan.
Babah Ghofur juga menjelaskan bahwa sebelum peristiwa Isrā Mi’rāj, Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam sudah salat yaitu pertama, salat malam sejak turun surat al-Muzammil. Kedua, salat pagi dan sore. Tetapi saat itu, salatnya Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam tidak berani mendekat ke Ka’bah karena salat menghadap Ka’bah itu pasti mendapatkan ancaman yang besar. Pada saat itu salatnya secara sembunyi-sembunyi. Terdapat peristiwa Sa’ad bin Abī Waqash bersama sejumlah sahabat pergi ke lereng-lereng gunung di Syi’bin (jalan sempit antara dua gunung), salat di sana selain malam hari. Kemudian orang kafir mengetahui peristiwa itu dan akhirnya Sa’ad bin Abī Waqash bersama sejumlah sahabat diperangi. Setelah itu Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam membuat pusat Islam namanya Darul Arqam. Sejak saat itu, salatnya di Darul Arqam (ada di bukit Safa)
“Saya hanya mengingatkan bahwa Salat itu sudah ada sejak awal, dari Kangjeng Nabi Muhammad Ṣalla Allāh ‘Alayhi wa Sallam diangkat sebagai nabi itu sudah ada salat. Kemudian setelah ada peristiwa Isrā Mi’rāj, baru ada salat jumlahnya 5 waktu. Salat-salat yang lain sebelum itu, hukumnya menjadi sunah tidak lagi wajib. ” Terang Babah Ghofur Maimoen.
Kemudian KH. Abdul Ra’uf Maimoen menambahi dengan menyampaikan pentingnya salat sebagai pendekatan diri kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā.
“Pentingnya salat sebagai pendekatan diri kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā. Saya yakin ini kalau kita pegangi, kita benar-benar sebagaimana pesannya KH. Abdul Ghofur Maimoen untuk kita selalu ramaikan masjid-masjid, musala-musala dengan salat berjamaah kita, ini sudah cukup sebagai suatu bekal besar bagi kita untuk kesenangan dunia dan akhirat.”
إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا إِلا الْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ
Sesungguhnya manusia diciptakan dengan sifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa keburukan (kesusahan), ia berkeluh kesah. Apabila mendapat kebaikan (harta), ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan salat, yang selalu setia mengerjakan salatnya. (QS. al-Ma’ārij ayat 19-23).
“Artinya tidak hanya di akhirat saja, tapi di dunia pun kita diberikan ketenangan. Hal itu dibuktikan oleh Palestina, bagaimana mereka diserang seperti itu tidak goyah, tidak ada ceritanya mereka bunuh diri.” terang KH. Abdul Ra’uf Maimoen.
Sebagai tuan rumah, Babah Ghofur yang menyampaikan harapan bagi para santri Al-Anwar 3 untuk aktif salat berjama’ah, baik di kampus maupun di pondok diwajibkan salat berjamaah. Saat liburan, pulang, sebisa-bisanya salatnya di masjid.